Sejarah kewajiban shalat

Waktu-Waktu Shalat

Shalat adalah ibadah terpenting dalam Islam, sebuah praktik religi yang tujuannya adalah menghubungkan hati seorang hamba kepada Allah. Dengan melaksanakan shalat, seorang hamba diharapkan untuk terus mengingat Allah, stay connected to Allah.

Shalat adalah ibadah yang waktu dan tata caranya telah ditentukan oleh Allah: diajarkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad lalu sang nabi mengajarkan kepada para pengikutnya. 

Pada artikel ini kita akan belajar apa sajakah shalat-shalat yang diwajibkan itu? Kapan pula waktu pelaksanaannya? Kapankah dikatakan bahwa kita terlambat atau kehilangan waktu shalat?

Shalat Adalah Ibadah dengan Waktu Yang Ditentukan

Allah menyatakan bahwa shalat merupakan ibadah dengan waktu yang sudah ditentukan. 

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا ١٠٣

Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin (QS. An-Nisa: 103)

Pada akhir ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa shalat itu telah ditentukan waktu-waktunya. Dengan demikian, kita tidak dibolehkan untuk shalat sebelum waktunya telah dimulai. Dengan kata lain, sebelum kita shalat, ada sebuah kewajiban lain, yaitu untuk melihat alam: melihat matahari apakah sudah berada di posisi waktu zuhur atau ashar, atau pada masa kini, dengan melihat jam. Adapun untuk melihat waktu shalat secara instan dengan jam, silakan klik link berikut ini: (Tabel Waktu Shalat Sepanjang Masa)

melihat jam

Nabi Diberitahukan Waktu Shalat oleh Malaikat Jibril

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ حَكِيمِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ «أَمَّنِي جِبْرِيلُ عِنْدَ بَابِ الْكَعْبَةِ مَرَّتَيْنِ

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud di atas, diceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah shalat bersama malaikat Jibril. Sang malaikat menjadi imam sedangkan Nabi Saw. menjadi makmumnya. Mereka shalat di pintu Ka’bah dan peristiwa itu terjadi sebanyak dua kali. Pada pertemuan pertama, Nabi belajar tentang awal waktu shalat dan pada pertemuan kedua beliau belajar tentang akhir waktu shalat.

1. Waktu Shalat Zuhur

Waktu zuhur telah masuk jika matahari telah berada di atas kepala kita tetapi agak tergelincir sedikit ke arah barat. Indikasinya adalah dari bayangan. Jika kita meletakkan tongkat di tengah lapangan, bayangan tongkat itu baru tampak sedikit.

فَصَلَّى الظُّهْرَ حِينَ كَانَ الْفَيْءُ مِثْلَ الشِّرَاكِ

Ia (Malaikat Jibril) shalat Zhuhur ketika bayang-bayang suatu benda seperti berjalannya sandal di belakang telapak kaki (Bayangan pendek karena matahari baru condong sedikit ke arah barat)

Adapun akhir waktu shalat zuhur adalah ketika bayang-bayang sebuah tongkat di lapangan telah persis panjangnya dengan ukuran tongkat itu. Berikut haditsnya:

ثُمَّ صَلَّى الْمَرَّةَ الْآخِرَةَ الظُّهْرَ حِينَ كَانَ كُلُّ شَيْءٍ قَدْرَ ظِلِّهِ

Jibril lalu mengerjakan salat Zuhur untuk kedua kalinya (untuk mengajarkan akhir waktu shalat zuhur) ketika setiap benda sama panjangnya dengan Panjang bayang-bayangnya

Demikianlah rentang waktu shalat zuhur: awalnya, jika bayangan sebuah tongkat di lapangan masih terlihat sedikit dan berakhir ketika bayangan tongkat tersebut sama ukurannya dengan tongkat tersebut. Akhir waktu zuhur adalah awal waktu ashar. Kalau tidak percaya, perhatikanlah dalil waktu shalat ashar berikut:

2. Waktu Shalat Ashar

ثُمَّ صَلَّى الْعَصْرَ حِينَ كَانَ كُلُّ شَيْءٍ بِقَدْرِ ظِلِّهِ

Lalu ia mengerjakan salat Asar ketika setiap benda sama seperti bayang-bayangnya (Bayangan lebih Panjang karena matahari cukup condong ke arah barat)

Dalam hadits di atas, Malaikat Jibril mengajarkan nabi saw shalat Ashar dengan kriteria waktu yang sama dengan kriteria waktu akhir shalat zuhur, yaitu “ketika bayang-bayang setiap benda sama dengan ukuran bendanya”.

Lalu, waktu Ashar berakhir ketika ukuran bayang-bayang sebuah benda atau tongkat di lapangan adalah dua kali lipat ukuran tongkat tersebut.

، ثُمَّ صَلَّى الْعَصْرَ حِينَ كَانَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَيْهِ

Kemudian ia kerjakan salat Asar ketika bayangan setiap benda menjadi dua kali lipatnya.

3. Waktu Shalat Maghrib

وَصَلَّى الْمَغْرِبَ حِينَ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Ia salat Maghrib ketika orang yang berpuasa berbuka (Matahari telah terbenam)

Dalam hadits di atas, Malaikat Jibril menuntun nabi saw. melaksanakan shalat Maghrib pada waktu orang-orang berbuka puasa, lalu pada kesempatan lain sang malaikat menuntunnya melaksanakan Shalat Maghrib pada waktu yang sama, yaitu ketika orang-orang berpuasa.

، ثُمَّ صَلَّى الْمَغْرِبَ الْقَدْرَ الْأَوَّلَ لَمْ يُؤَخِّرْهَا

Dan ia salat Magrib seperti yang pertama (saat orang-orang berbuka), dan ia tidak mengakhirkan

4. Waktu Shalat Isya

ثُمَّ صَلَّى الْعِشَاءَ حِينَ غَابَ الشَّفَقُ

Ia pun mengerjakan salat Isya ketika mega berwarna merah (syafaq) telah menghilang

Dalam hadits di atas, Malaikat Jibril menuntun nabi saw. melaksanakan shalat Isya ketika mega merah di ufuk sudah hilang. Artinya, Shalat Isya’ dilaksanakan ketika matahari benar-benar telah tenggelam sehingga suasana menjadi gelap. Lalu, waktu shalat ini berakhir setelah kira-kira berlalunya sepertiga malam (sekitar pukul 03.30 dini hari).

ثُمَّ صَلَّى الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ حِينَ ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ

Ia salat Isya’ untuk kedua kalinya setelah masuk sepertiga malam

5. Waktu Shalat Subuh

ثُمَّ صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ حَرُمَ الطَّعَامُ وَالشَّرَابُ عَلَى الصَّائِمِ

Dan ia kerjakan salat Subuh ketika diharamkan makan dan minum bagi orang yang berpuasa

Dalam hadits di atas, Malaikat Jibril menuntun nabi saw. melaksanakan shalat subuh ketika fajar telah terbit, cahaya terang sudah terlihat di ufuk, karena kriteria waktu “mulai berpuasa” (yang dalam hal ini disamakan dengan kriteria waktu subuh) adalah tatkala “jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam” (QS. Al-Baqoroh: 187). Lalu, waktu subuh berakhir ketika pagi sudah terang benderang. Dalam hadits dikatakan, 

ثُمَّ صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ أَسْفَرَ

Dan ia kerjakan salat Subuh ketika pagi telah terang

Setelah Jibril mengajarkan rentang antara awal dan akhir waktu shalat, Jibril pun menoleh kepada Nabi kemudian berkata: 

ثُمَّ الْتَفَتَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ هَذَا وَقْتُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِكَ وَالْوَقْتُ فِيمَا بَيْنَ هَذَيْنِ الْوَقْتَيْنِ

“Wahai Muhammad, itulah waktu para nabi sebelummu. Dan waktu salat itu berada di antara kedua waktu tadi”

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie