Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.
Home » Sejarah Muhammad: Nabi Akhir Zaman
Allah mengutus para nabi dan rasul untuk mengajarkan manusia jalan (syari’at) hidup yang benar, terutama agar jangan sampai manusia terjerumus godaan setan dan menyembah tuhan-tuhan selain Allah.
Pada nyatanya, setan selalu berhasil menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat.
Pada awal zaman, yaitu pada masa awal dari zaman interglasial (masa di antara dua zaman es, di mana es mencair), manusia menyembah berhala-berhala pertama setelah wafatnya Nabi Adam. Berhala-berhala itu bernama Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Semua berhala itu merupakan simbol patung beberapa orang saleh yang pernah hidup. Maka Allah pun mengutus Nabi Nuh untuk memberikan peringatan kepada mereka.
Namun, hampir seribu tahun sang nabi berdakwah, tetapi yang beriman dari kaum Nabi Nuh hanya segelintir orang saja. Akhirnya, Allah pun mengazab mereka dengan banjir besar. Konon, tidak ada manusia yang selamat kecuali Nabi Nuh, anak-anaknya, dan pengikutnya.
Di kemudian hari, dari Sam putra Nuh lahir bangsa-bangsa yang bermukim di Iraq, Syam, dan Arab. Lalu, dari Ham putra Nuh lahir orang-orang yang akan mendiami Afrika dan sekitarnya, dan kemudian dari Yafets putra Nuh lahir orang-orang yang bermigrasi ke Asia Tengah dan Asia Timur. Mereka semua beragama Islam menuruti ajaran nenek moyangnya Nabi Nuh.
Namun demikian, pada sekitar 2000 s.M, yang kita sebut “Tengah Zaman”, yaitu masa-masa tumbuhnya peradaban manusia setelah musnahnya Kaum Nuh, manusia kembali tergoda setan untuk menyembah patung-patung sebagai tuhan mereka.
Seperti semua negara-Kota lain pada zaman tengah, Babilonia memuja patung bernama Mardukh. Bagi rakyat Babilonia, Mardukh bukan sekadar patung. Ia adalah simbol Jupiter, Sang Pencipta dunia dan pembawa kemenangan perang serta kesejahteraan abadi bagi Babilonia. Dengan “narasi”, “mitos politik” atau keyakinan ini, maka semua orang berlomba-lomba mencari berhala yang dianggap paling kuat. Dalam situasi ini, maka Allah pun mengutus Nabi Ibrahim di Negeri Ur (Irak masa kini).
Setelah mengalami perseturuan hebat dengan Raja Ur, Nabi Ibrahim pun hijrah dari negeri ke negeri di utara untuk mengajak manusia agar menyembah Allah semata.
Setelah ayahnya meninggal dunia di Haran (utara Irak), Nabi Ibrahim dan istrinya, Sarah, turun ke Mesir. Sama seperti raja Ur yang tunduk pada Ibrahim, raja Mesir pun tak berkutik dan mengakui kekalahannya dari tuhan Ibrahim. Sang raja pun menghadiahkan budaknya (konon, putrinya), Hajar, untuk Nabi Ibrahim sebelum sang nabi pulang ke Hebron.
Di kemudian hari, Sarah meminta Ibrahim untuk membawa Hajar dan putranya pergi. Atas perintah Allah, Nabi Ibrahim pun membawa Hajar dan Isma’il ke selatan, ke sebuah lembah gersang yang tidak ada tanaman tumbuh di atasnya. Kelak di sana, Ibrahim dan Isma’il akan membangun Ka’bah, sebuah Bait Suci tempat seluruh manusia akan datang untuk beribadah.
Lalu, pada saat dua belas putra-putra Isma’il membangun kerajaan di Jazirah Arab, di utara sana putra-putra Ya’qub bin Ishaq pun melakukan hal yang sama: setelah Musa membebaskan Bani Israil dari kekejaman Fir’aun Mesir, Thalut, Daud, dan Sulaiman mendirikan kerajaan yang besar di Negeri Sam (Libanon, Palestina, Yordania, digabung menjadi satu).
Akhir zaman dapat ditandai dengan bermulanya tahun masehi, yaitu sekitar tahun kelahiran Nabi Isa. Setelah peristiwa penyaliban yang penuh kontroversial (bagi Romawi, bagi Sanhendrin Yahudi, dan bagi penduduk Yerussalem pada umumnya, terkecuali bagi pengikut Nabi Isa), umat manusia tersebar ke dalam tiga jalan kesesatan berikut:
Pada akhir zaman ini, manusia terjatuh ke lembah kebingungan dan untuk itu seorang Nabi Terakhir akan diutus ke muka bumi, yaitu nabi yang dijanjikan, yang namanya telah disebutkan dalam Taurat dan Injil, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Orang-orang pertama yang disebut Bangsa Arab Kuno (Baidah) adalah Kaum ‘Ad, Kaum Syaddad, Kaum ‘Ubail, Kaum Tsamud, kaum ‘Abd Jukham, Kaum Jadis, Kaum Thasmin, Kaum ‘Amaliq, Kaum Umaim, Kaum Hadhura, Kaum Jurhum pertama, dan suku-suku keturunan Sam atau Ham bin Nuh lain yang turun ke Semenanjung Arab pada Tengah Zaman. Definisi “Arab” di sini adalah “siapa yang bermukim di semenanjung Arab.”
Seperti kita dengar dari Al-Qur’an, suku-suku Arab kuno itu telah lenyap dimakan sejarah, sebagian binasa karena mereka berbuat durhaka dan mendustakan Allah.
Setelah Kaum Ad dan Tsamud binasa, keturunan Qahthan bin Hud membangun peradaban di semenanjung Arab. Merekalah yang disebut dengan orang-orang Arab asli, “Arab Aribah.”
Menurut Moenawar Chalil, Ya’rib bin Qahthan membangun selatan Arab (Yaman), lalu Jurhum bin Qahthan membangun utara Arab (Hijaz), kemudian ‘Ad bin Qahthan membangun Syihr, kemudian Oman bin Qahthan menguasai tenggara Arab.
Di antara semua wilayah Arab yang dibangun oleh putra-putra Qahthan, wilayah selatan Arab adalah yang paling maju kebudayaannya dan subur tanahnya. Setelah Ya’rib, naik Yasyjab bin Ya’rib menjadi raja. Menurut legenda, nama asli Yasyjab adalah “Yaman” yang darinya muncul nama Yaman.
Lalu, setelah Yasyjub, naik putranya, ‘Abir, konon dinamai orang “Saba”, gelarnya adalah Abdusy Syams (Hamba Matahari). Tokoh yang telah membangun bendungan Ma’rib ini memimpin Yaman selama 480 tahun. Kemudian, dilanjutkan putranya, Himyar selama 50 tahun, lalu Kahlan bin Abdusy Syams, lalu Wasil bin Himyar, lalu Saksak bin Wasil, lalu Ja’far bin Saksak, lalu An-Nu’man bin Ja’far.
Raja demi raja muncul bergantian menguasai Yaman, namun secara garis besar, ada dua kabilah besar yang terlibat. Pertama, Kabilah Himyar yang menaungi suku Zaid Al-Jumhur, Qudho’ah, dan Sakasik. Kedua, Kabilah Kahlan yang menaungi suku Hamdan, Amnar, Thayi’, Ma’in, Kindah, Lakhm, Juzam, Aus, Khazraj, dan anak keturunan Jafnah, raja Syam.
Mungkin akibat kalah persaingan dari Himyar, maka suku-suku dari Kabilah Kahlan mulai beranjak pergi meninggalkan Yaman.
Keluarga Tsa’labah bin Amru dari Suku Uzd hijrah ke Hijaz. Cucunya, Aus dan Khazraj (keduanya putra Haritsah bin Tsa’labah) di kemudian hari akan menjadi pemain utama di Yatsrib/ Madinah.
Ketika pimpinan suku Uzd bermukim di Omman dan keluarga Nash Al-Uzdi memasuki Tihamah, Keluarga Khuza’ah memilih hijrah ke tanah suci Makkah dan Keluarga Thayyi’ pergi lebih jauh lagi ke utara.
Lalu, lebih jauh lagi, Keluarga Jafnah bin Amr hijrah ke negeri Syam dan keturunannya menjadi raja-raja Ghassan, bumper bagi Romawi. Dan di sisi lain, keluarga Lakhm dan Judzam menjadi bumper bagi Persia dengan mendirikan kerajaan Al-Manadzir di Hirah. Adapun Keluarga Kindah pernah berpindah ke Bahrain, lalu hijrah ke Nejd.
Inilah suku-suku Arab asli yang disebut “Arab Aribah”, yang lahir di selatan Arab lalu menyebar hingga memenuhi wilayah-wilayah di seluruh Arabia hingga ke utara.
Pada saat suku-suku Arab Aribah baru tumbuh tunasnya di Yaman dan semenanjung Arabia belum ramai dihuni penduduk, datanglah seorang tokoh legendaris yang disegani oleh para raja di Irak, yaitu Nabi Ibrahim, ke tanah Makkah, untuk membangun sebuah Bait Suci, Bait Allah.
Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.