Sejarah Kewajiban Shalat

Facebook
WhatsApp
Email
Sejarah kewajiban shalat

Daftar Isi

Kedudukan Shalat

Shalat merupakan salah satu ibadah terpenting sehingga menempati urutan kedua dalam rukun Islam. Ibadah ini diwajibkan bagi setiap muslim sebagai sarana bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Selain itu, shalat yang khusyuk diharapkan juga berdampak pada wujudnya akhlaq yang baik, dapat menjadi “benteng iman” yang mencegah seorang individu dari melakukan perbuatan tercela. Shalat melatih seorang muslim untuk memiliki rasa “terus diawasi oleh Allah”, rasa “terus teringat Allah” sehingga seorang muslim yang khusyu’ shalatnya akan takut untuk melanggar larangan Allah. Dalam Al-Qur’an dikatakan, 

اُتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya: “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Islam Awal di Keluarga Nabi

Dalam kisah-kisah sejarah Islam, kita pernah mendengar bahwa Nabi Muhammad telah melakukan shalat segera setelah menerima wahyu di Gua Hiro pada tahun 610 H. 

Orang-orang di rumahnya pun segera beriman dan melaksanakan shalat. Khadijah, istrinya, adalah orang pertama yang memeluk Islam. Wanita kaya raya yang berasal dari Bani Asad ini bukan hanya mendukung suaminya secara psikologis, tetapi juga secara finansial. Khadijah menggunakan hartanya untuk membiayai dakwah Islam di Makkah.

Lalu, selain Khadijah, di rumah Nabi Muhammad juga ada Zaid bin Haritsah, anak angkat sang nabi yang pernah dipanggil “Zaid bin Muhammad” sebelum turun ayat al-Qur’an yang melarang panggilan itu (dalam QS. Al-Ahzab ayat 5 dan Al-Ahzab ayat 40). Zaid juga segera memeluk Islam dan menjadi pengikut setia Nabi Muhammad.

Ali Menemukan Nabi dan Khadijah Shalat

Selain mereka, di rumah tersebut juga ada Ali putra Abu Thalib. Dahulu, Abu Thalib, pamannya, sekaligus ketua klan Bani Hasyim (sepeninggal Abdul Muthallib), mengalami kesulitan ekonomi sehingga Rasulullah dan “paman kecil”nya, Abbas bin Abdul Muthallib, sepakat untuk meringankan bebannya. Abbas mengadopsi Ja’far putra Abu Thalib, sedangkan Rasulullah mengadopsi Ali putra Abu Thalib. 

Menurut riwayat, pada suatu hari, Ali bin Abi Thalib menemukan Rasulullah dan Khadijah sedang melakukan shalat, mereka berdiri, rukuk, dan bersujud. Ali menanyakan ritual tersebut apa lalu Rasulullah pun menjelaskan semuanya sehingga Ali mengatakan bahwa ia akan mempertimbangkan untuk masuk Islam dan ingin meminta izin kepada ayahnya.

Akan tetapi, keesokan harinya ia kembali menemui nabi saw. dan berkata bahwa ia telah memutuskan untuk memeluk Islam tanpa perlu bermusyawarah dengan ayahnya. Remaja yang wajahnya tidak pernah dibuat bersujud kepada berhala seumur hidupnya itu (sehingga dijuluki “Karramallohu wajhahu” [Allah Memuliakan wajahnya]) kemudian berkata: 

لَقَدْ خَلَقَنِى اللهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُشَاوِرَ أَبَاطَلِبٍ فَمَا حَاجَتِى أَنَا إِلَى مُشَاوَرَتِهِ لِأَعْبُدَ اللهَ؟

Arti bebasnya, “Allah saja Menciptakan diriku tanpa bicara dengan Abu Thalib, maka untuk apa aku bicara kepada Abu Thalib untuk menyembah Allah Penciptaku?“.

misterarie
Install App Kelas Digital MisterArie

Kewajiban Shalat Yang Pertama

Menurut Imam Syafi’i dalam Kitab Al-Umm (Bab Shalat), shalat yang mula-mula diwajibkan kepada Rasulullah dan keluarganya adalah shalat malam, sebuah shalat yang dilakukan hampir semalaman penuh. Perintah ini ditunjukkan oleh Surat Al-Muzzammil ayat 1-3 berikut: 

يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ ١ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ ٢ نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ ٣

Wahai orang yang berkelumun (Nabi Muhammad). Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (yaitu) seperduanya, kurang sedikit dari itu

Setelah turunnya ayat tersebut, Rasulullah dan keluarganya melaksanakan shalat setiap malam, hampir semalaman suntuk. Mungkin, pada malam hari inilah Ali bin Abi Thalib tidak sengaja menemukan Rasulullah dan Khadijah sedang melaksanakan shalat. 

Sejak saat itu, Rasulullah dan keluarganya seisi rumah melaksanakan shalat malam. Walaupun letih dan berat, tetapi mereka tetap melaksanakannya karena ibadah tersebut merupakan kewajiban.

Naskh atas Kewajiban Shalat Malam

Namun, menurut Imam Asy-Syafi’i, setelah itu, Allah menghapus (me-naskh) kewajiban shalat semalaman penuh tersebut melalui turunnya Surat Al-Muzzammil ayat ke-20 berikut ini:

اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰىۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ ۙوَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖفَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًاۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۙهُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًاۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ ٢٠

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Nabi Muhammad) berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menghitungnya (secara terperinci waktu-waktu tersebut sehingga menyulitkanmu dalam melaksanakan salat malam). Maka, Dia kembali (memberi keringanan) kepadamu. Oleh karena itu, bacalah (ayat) Al-Qur’an yang mudah (bagimu). Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah serta yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) darinya (Al-Qur’an). Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)-nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Berdasarkan ayat yang panjang tersebut, Allah meringankan nabi dan keluarganya dari kewajiban shalat (hampir) semalaman penuh. Shalat tersebut dijadikan sunnah, yaitu “berpahala jika dikerjakan tetapi tidak berdosa jika ditinggalkan.”

Lalu, menurut Imam Asy-Syafi’i, sebagai ganti kewajiban yang dihapus tersebut, Allah memerintahkan nabi untuk melaksanakan shalat pada petang hari dan malam hari sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Isra’: 78-79 berikut ini:

اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا ٧٨ وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا ٧٩

Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh! Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Pada sebagian malam lakukanlah salat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.

Sejak turunnya ayat tersebut, maka waktu shalat wajib bergeser dari waktu malam ke waktu sore, antara “sesudah matahari tergelincir” hingga waktu malam yang gelap dan juga pada waktu subuh. Setidaknya, pada waktu tersebut belum timbul rasa mengantuk.

Naskh atas Kewajiban Shalat “Sore”

Pelaksanaan shalat “sore” yang waktunya relatif lebih meringankan ini dilaksanakan oleh keluarga nabi dan para sahabat yang menjadi pengikutnya di Makkah. Mereka shalat pada waktu-waktu tersebut selama, kurang lebih, tujuh tahun, antara tahun 613-620 M, yaitu pada periode dakwah secara terbuka di hadapan Kaum Quraisy Makkah.

Pada masa inilah kaum muslimin, yang relatif “lemah” secara suku, berupaya melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi di balik bukit dan di tempat terpencil agar tidak ketahuan dan mengalami siksaan. Nabi sendiri pernah melakukan shalat di depan Ka’bah tetapi dianiaya oleh Abu Jahal, tokoh Muda kaum Quraisy yang sangat membenci Islam sehingga pernah turun ayat Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq ayat 9 dan 10, yang mencela lelaki dari Bani Makhzum itu,

اَرَاَيْتَ الَّذِيْ يَنْهٰىۙ ٩ عَبْدًا اِذَا صَلّٰىۗ ١٠

Tahukah kamu tentang orang yang melarang. Seorang hamba ketika dia melaksanakan salat?

Menurut riwayat, Abu Jahal berkata “Jika saya melihat Muhammad salat di Ka’bah, saya akan lindas-lindaskan tengkuknya (ke tanah).”

Maka, ketika ancaman itu sampai ke telinga Nabi saw., beliau bersabda, “Jika itu ia lakukan, malaikat akan menghajarnya.” (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas)

Kemudian, menjelang hijrah ke Madinah, Allah kembali menghapus (me-naskh) perintah shalat di atas dan menggantinya dengan kewajiban melaksanakan shalat 5 waktu. 

Menurut riwayat yang masyhur, kewajiban tersebut diterima oleh nabi pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Adapun menurut Imam Asy-Syafi’i, kewajiban tersebut juga dijelaskan dalam surat Rum ayat 17-18 yang berbunyi, “Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari” (yakni shalat maghrib dan isya) “dan di saat kamu berada di pagi hari (yakni shalat subuh), “dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi di waktu kamu berada pada petang hari (yakni shalat ‘ashar) dan di saat kamu berada di waktu zhuhur.” (yakni shalat zuhur).

فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ حِيْنَ تُمْسُوْنَ وَحِيْنَ تُصْبِحُوْنَ ١٧ وَلَهُ الْحَمْدُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَعَشِيًّا وَّحِيْنَ تُظْهِرُوْنَ ١٨

Demikianlah sejarah kewajiban shalat dari pertama kali diwajibkan kepada Nabi dan keluarganya hingga dua kali terjadi pergantian waktu.

Baik saat shalat semalam penuh, atau tatkala bergeser ke waktu sore, ataupun saat shalat menjadi 5 waktu seperti saat ini, semuanya menunjukkan betapa pentingnya shalat bagi seorang muslim. Agaknya, seperti bunyi surat Al-Ankabut ayat 45 di atas, shalat diperlukan selain untuk mendekatkan diri kepada Allah, juga untuk menjadi benteng keimanan agar terhindar dari perilaku tercela [Wallahu a’lam bish shawaab].

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie