misterarie baru

Peribahasa Indonesia

Facebook
WhatsApp

Pengertian Peribahasa

Peribahasa adalah pedoman hidup, nasihat, atau perumpamaan yang disampaikan oleh leluhur manusia pada masa lalu melalui ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat yang singkat namun sarat hikmah.

Sumber Peribahasa

Peribahasa bersumber dari pengalaman. Manusia belajar dari kesalahan, kepedihan, atau penderitaan lalu menyimpulkan hukum atau hikmah. Kesimpulan tersebut dituangkan dalam bentuk peribahasa.

Kegunaan Peribahasa

Dengan adanya peribahasa, manusia dapat menjalani hidup yang lebih aman. Mereka tidak perlu terperosok dahulu untuk mengetahui bahwa di sana ada “lubang”, sebab peribahasa telah memberitahukan mereka.

Peribahasa begitu penting sebagai pedoman hidup manusia, oleh karena itu ia terdapat di mana-mana, pada masyarakat dan kebudayaan mana pun, termasuk Indonesia. Peribahasa yang bersumber dari kebudayaan Indonesia disebut peribahasa Indonesia.

Pada post kali ini, MisterArie telah memilih dua ratus dua puluh lima peribahasa yang dikelompokkan ke dalam enam kategori.

Daftar Isi:
A – Kebijaksanaan
B – Kebahagiaan
C – Pergaulan
D – Hukum
E – Kiasan
F – Karakter

A - Kebijaksanaan

1. Ada sampan hendak berenang

2. Apa gunanya kemenyan setungku kalau tidak dibakar

3. Ilmu padi, makin berisi makin merunduk

4. Habis gelap, terbitlah terang

5. Belakang parang jika diasah niscaya akan tajam

6. Besar kapal, besar gelombang

7. Bumi tak selebar daun kelor

8. Jika takut dilanggar batang, jangan duduk di kepala pulau

9. Jika tak ada rotan, akar pun jadi

10. Laba sama dibagi, rugi sama diterjuni

11. Kecil bernama, besar bergelar

12. Malu bertanya, sesat di jalan

13. Makan bubur panas-panas

14. Menuangkan air ke laut

15. Duduk meraut ranjau, tegak meninjau jarak

16. Bukan salah bunda mengandung

17. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri

18. Nasi sudah menjadi bubur

19. Napas tak sampai ke hidung

20. Orang yang bertanam nyiur, terkadang tiada makan buahnya

21. Orang muda, selendang dunia

22. Zaman beralih, musim berganti

23. Pikir itu pelita hati

24. Pisang tak berbuah dua kali

25. Rajin pangkal pandai

26. Sambil menyelam minum air

27. Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga

28. Sebelum ajal, berpantang mati

29. Akal tak sekali datang, runding tak sekali tiba

30. Ampang sampai ke seberang, dinding sampai ke langit

31. Bermain air basah, bermain api letup

32. Waktu adalah uang

33. Hari pagi dibuang-buang, hari petang dikejar-kejar

34. Mengairi sawah orang

35. Tempalah besi selagi panas

B - Kebahagiaan

36. Ada nyawa, ada rejeki

37. Ada rotan, ada duri

38. Air pun ada pasang surutnya

39. Tak tentu hilir mudiknya

40. Tak ada harimau yang memakan anaknya,

41. Padi masak, jagung mengupih

42. Patah batu hatinya

43. Panas tak sampai petang

44. Mati berkafan cindai

45. Emas berpeti, kerbau berkandang

46. Bergantung pada akar lapuk

47. Belum beranak sudah ditimang

48. Adat teluk timbunan kapal, adat gunung timbunan kabut

49. Ada sama dimakan, tidak ada sama ditahan

50. Besar pasak daripada tiang

51. Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan

52. Jauh mencari suku, dekat mencari induk

53. Laut ditembak, darat kena

54. Laut ditimba akan kering

55. Meletakkan api di bubungan

56. Nasi matang, periuk pecah

57. Tak ada gading yang tak retak

58. Orang makan nangka, awak kena getahnya

59. Kasih tak sampai, dendam tak sudah

60. Bagai kecubung berulam ganja

61. Lupa ketinggalan, terlelap kemalingan

62. Mutiara sebutir lebih berharga daripada pasir sepantai

63. Rejeki tikus tak akan didapat oleh ular

C - Pergaulan

64. Langit diukir, anak istri kelaparan

65. Adat diisi, janji dilabuh

66. Asing lubuk asing ikannya

67. Air yang dingin juga dapat memadamkan api

68. Bersuluh menjemput api

69. Anjing menyalak di ekor gajah

70. Adat rimba, siapa berani ditaati

71. Anak panah yang sudah terlepas dari busurnya tak dapat dikembalikan lagi

72. Anak di pangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan

73. Anak dipangku, kemenakan dibimbing, orang kampung dipertegangkan

74. Adat berkawan zaman berzaman

75. Datang tak dijemput, pulang tak diantar

76. Cacing hendak menelan naga

77. Bunga dipetik, perdu ditendang

78. Bumi mana yang tak kena hujan

79. Dibakar tak hangus, direndam tak basah

80. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung

81. Di laut jadi buaya, di darat jadi harimau

82. Bunga yang harum itu ada juga durinya

83. Buruk muka cermin dibelah

84. Bercermin di air keruh

85. Satu biduk, dua nahkoda

86. Harimau ditakuti karena giginya

87. Lidah tak bertulang

88. Karam berdua, basah seorang

89. Intan disangka batu kerikil

90. Jauh di mata, jauh di hati

91. Jinak-jinak merpati

92. Karena hujan sehari, lupa panas setahun

93. Jangan menjadi keledai yang berkulit singa

94. Bagai kacang lupa akan kulitnya

95. Kalau pandai mencecang akar, mati lalu ke puncaknya

96. Memancing di air keruh

97. Menjilat air ludah sendiri

98. Memancing dalam belanga

99. Menebas buluh serumpun

100. Meludah ke langit, muka sendiri yang kena

101. Mulutmu, harimaumu

102. Maling teriak maling

103. Tegak sama tinggi, duduk sama rendah

104. Tangan memetik, bahu memikul

105. Tong kosong nyaring bunyinya

106. Tak kenal, maka tak sayang

107. Seperti anjing dan kucing

108. Seekor kerbau berkubang, sekandang kena lumpurnya

109. Seperti katak dalam tempurung

110. Serigala berbulu domba

111. Seperti kerbau dicocok hidung

112. Olok-olok jadi tingkarah

113 Mulutnya seperti pantat ayam

114 Mulut manis mematahkan tulang

115. Mencabik mudah, menjahit susah

116. Menggunting dalam lipatan

117. Menggenggam tiada tiris

118. Menjerat lidah orang

119. Mengepit kepala harimau

120. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi

121. Habis manis sepah dibuang

122. Enggan berdayung, hanyut serantau

123. Diberi berkuku hendak mencekam

124. Panas setahun dihapus hujan sehari

125. Pagar makan tanaman

126. Memasang pelita di tengah hari

127. Tangan kanan jangan percaya pada tangan kiri

128. Yang tua dimuliakan, yang muda disayangi

129. Tempat makan jangan diberaki

130. Usul menunjukkan asal

D - Hukum

131. Ada bunga, ada lebah/ Ada gula, ada semut

132. Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam

133. Adakah kayu di rimba sama tinggi?

134. Ada air, ada ikan

135. Rusak badan karena penyakit, rusak bangsa karena perilaku

136. Orang kaya tempat meminta, orang pandai tempat bertanya

137. Darah lebih kental daripada air

138. Gajah mati karena gadingnya

E - Kiasan

139. Bagai kambing dihalau ke air

140. Bagai pinang dibelah dua

141. Bagai terpijak bara hangat

142. Bagai duri dalam daging

143. Laksana kepiting batu

144. Air sudah keruh dari hilirnya

145. Angin berputar, ombak bersabung

146. Bagai bumi dan langit

147. Bagai bulan disaput awan

148. Bau busuk tak berbangkai

149. Belukar sudah menjadi rimba

150. Bunga layu, kumbang berlalu

151. Bergantung di ujung kuku

152. Bersukat darah, bertimbang daging

153. Dalam laut bisa diduga, dalam hati siapa yang tau

154. Diam seribu bahasa

155. Dari jung turun ke sampan

156. Dapat durian runtuh

157. Dimandikan dengan air segantang

158. Dipanggang tiada hangus

159. Hidup dari tangan ke mulut

160. Hidup di ujung gurun orang

161. Gigit jari

162. Menjadi ujung jari sambungan lidah

163. Bagai jelatang di hulu air

164. Jiwanya bergantung di ujung rambut

165. Habis tahun, berbilang tahun

166. Ke gunung tak dapat angin

167. Kini gatal, besok digaruk

168. Walau sungai mengalir ke laut, laut tiada kan bertambah

169. Bagaikan telur diujung tanduk

170. Seperti cacing kepanasan

171. Setali tiga uang

172. Sudah jatuh, tertimpa tangga

173. Seperti api dalam sekam

174. Seperti orang buta kehilangan tongkat

175. Tak akan lari gunung dikejar

176. Tabir sudah tergantung, tikar sudah terbentang

177. Terapung tak hanyut, terendam tak basah

178. Tak usah itik diajari berenang

179. Umur setahun jagung, darah setampuk pinang

180. Ular bukan, ikan pun bukan

181. Zaman kuda gigit besi

182. Mati kutu

183. Nasi dimakan rasa sekam, air diminum rasa duri

184. Kurang pengunjuk, kurang penganjar

185. Kena pedang bermata dua

186. Ibarat asam dan garam

187. Laku, seperti pisang goreng

188. Arang sudah menjadi Abu

189. Api padam, puntung berasap

190. Layang-layang putus talinya

191. Lempar batu sembunyi tangan

192. Mahal dibeli, sukar dicari

193. Memegang besi panas

194. Ombaknya kedengaran, pasirnya tidak kelihatan

195. Pucuk dicinta ulam tiba

196. Rejeki murah

F- Karakter

197. Ada udang di balik batu

198. Angguk bukan, geleng iya

199. Angkuh terbawa, tampan tertinggal

200. Anjing ditepuk, menjungkit ekor

201. Anjing menyalak tak menggigit

202. Air yang tenang kadang berbuaya

203. Arang itu meskipun dibasuh dengan air mawar sekalipun takkan pernah putih

204. Asal ayam ke lumbung, asal itik ke pelimbahan

205. Ayam bertelur di padi mati kelaparan

Demikianlah peribahasa Indonesia yang merupakan himpunan kebijaksanaan dari masa lalu.

Walaupun kini ilmu pengetahuan telah menggantikan kebijaksanaan tradisional, menghapus filsafat, dan mengucilkan pengetahuan apapun yang tidak diperoleh melalui metode ilmiah, namun kebijaksanaan tradisional terbukti masih berfungsi hingga saat ini, “tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan”, dan menjadi salah satu pedoman hidup manusia.

Di antara peribahasa-peribahasa pilihan MisterArie di atas, adakah yang menjadi kesukaan kalian? atau sesuai dengan pengalaman kalian? Silakan tulis di komentar jika kalian ingin berbagi!

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie