Menurut sains, waktu dimulai ketika sebuah ledakkan yang sangat besar terjadi. Saat itu belum ada manusia, bumi, gunung dan bintang-bintang. Tapi sejak ledakkan itu, semuanya mulai terbentuk.
Ledakan purba yang dikenal dengan istilah big bang atau dentuman besar itu, dirasakan oleh banyak ilmuwan muslim, sesuai dengan isyarat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa langit dan bumi pada awalnya bersatu-padu, lalu Allah memisahkan keduanya. Perhatikanlah ayat berikut ini:
أَوَ لَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ كَانَتَا رَتۡقٗا فَفَتَقۡنَٰهُمَاۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَيۡءٍ حَيٍّۚ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman
(Al-Qur’an, Al-Anbiya: 30)
Sekarang, marilah kita ikuti episode-episode terjadinya alam semesta!
Sebelum alam semesta ini tercipta, tidak ada apapun, kecuali Allah, sebab Allah menyatakan–dalam Al-Qur’an–bahwa diri-Nya adalah Al-Awwal, yang artinya “Yang Maha Pertama”.
Setelah itu, menurut sains adalah empat belas miliar tahun yang lalu, muncul energi besar yang sebenarnya merupakan alam semesta yang masih dipadatkan dalam satu titik, yang, dalam bahasa astrofisikawan Amerika, Neil de Grasse Tyson, “lebih kecil daripada satu per setriliun ukuran tanda titik yang mengakhiri kalimat ini”.
Kemudian, energi besar itu meledak: Bumm! Sebuah dentuman besar (Big Bang) menggelegar. Segalanya mulai bergerak, maka dimulailah waktu.
Setelah ledakan besar tadi melewati satu per-satu juta triliun-triliun-triliun detik, yang disebut “Era Planck” (dari nama fisikawan Jerman penemu mekanika kuantum, Max Plank), gravitasi mulai bekerja. Elemen-elemen super panas yang berhamburan ke segala penjuru itu mulai saling menarik.
Sebelum genap satu detik, sesudah gravitasi bekerja, yang artinya atom-atom purba pun sudah terbentuk dalam hamburan ledakan besar tadi, kini dua gaya dasar lainnya mulai bekerja.
Gaya inti lemah meluruhkan materi radioaktif, gaya inti kuat menyatukan inti atom, gaya elektromagnetik mengikat molekul, dan gravitasi, yang sudah bekerja lebih awal, menarik benda-benda besar.
Selain itu, pada masa ini telah muncul kuark, lepton (elektron dan neutron), dan pasangan anti-zatnya, serta juga boson.
Semua elemen yang kita kenal tersebut, sebelum satu detik pertama, masih dalam keadaan rapat dan panas bagaikan wortel dan brokoli yang dimasak dalam sup raksasa, akan tetapi kemudian, suhunya menurun dengan cepat di bawah satu triliun derajat kelvin, mendingin, lalu alam semesta kita pun mengembang.
Ketika panas jagat raya menurun, sebelum satu detik pertama, muncullah keluarga atom berat baru yang disebut hadron, dan pasangannya, anti-hadron, yang saling memusnahkan.
Dari setiap satu miliar pemusnahan, tersisa satu hadron dan hadron-hadron sendirian itu akhirnya menjadi sumber atom yang akan membentuk galaksi, bintang, planet, dan bunga.
Setelah berlalu satu detik pertama, alam semesta kita masih selebar jarak dari matahari sampai kepada bintang-bintang tetangga terdekat.
Kala itu, suhu semesta satu miliar derajat kelvin sehingga masih bisa “memasak” elektron yang terus muncul dan lenyap bersama positron, pasangannya. Dari setiap satu miliar elektron dan positron, tersisa satu elektron, serasa mirip dengan “pertarungan” antara hadron dan anti-hadron yang telah kita ceritakan sebelumnya.
Akhirnya, pada periode ini, setiap satu elektron bergabung dengan satu proton yang telah berfusi dengan proton lain, serta dengan neutron, lalu membentuk inti atom yang sebentar lagi akan menyusun alam semesta.
Kini, alam semesta yang sedang mengembang, tampak berupa lautan pasangan proton-elektron yang kita sebut “hidrogen” serta pasangan double-proton dan double-elektron yang kita namakan “helium”. Sembilan puluh persen jagat raya kala itu merupakan hidrogen, lalu sepuluh persennya adalah helium, dan sisanya, sedikit deuterium, tritium, dan lithium.
Baru dua menit berlalu pasca dentuman besar.
Setelah periode “lautan hidrogen” yang panjang, suhu alam semesta turun ke titik 3000 derajat kelvin, yang kira-kira merupakan setengah dari suhu matahari kita saat ini, sehingga menyebabkan semua elektron bebas di jagat raya bergabung ke dalam inti atom yang ada.
Setelah melalui masa yang panjang, pemandangan alam semesta, yang kini kita sebut langit, berubah. Setiap dua atom hidrogen melebur atau berfusi yang kemudian menghasilkan cahaya panas yang sangat terang serta mengandung zat-zat baru seperti karbon, besi, oksigen, dan lain-lain.
Maka bayangkanlah jika setiap atom hidrogen terus bertumbukan dan menciptakan helium yang panas terang, apakah yang akan terjadi? Benar! langit akan penuh dengan lautan sinar di mana-mana!
Akan tetapi, kala itu tidak muncul lautan sinar di mana-mana! sebab makhluq Allah yang lain, gravitasi, juga bekerja, mereka menarik lautan sinar itu ke titik-titik gravitasi yang berjauhan sehingga di setiap titik gavitasi terbentuklah bola api-bola api raksasa yang kini kita sebut bintang. Kemudian, setiap seratus miliar bintang ditarik oleh “gravitasi yang lain” dan membentuk kelompok “galaksi”. Lalu, setiap seratus miliar galaksi pun berkumpul membentuk “cluster” dan setiap seratus miliar cluster berhimpun membentuk “super cluster”.
Dalam beberapa kejadian, hidrogen dan helium pada suatu bintang menjadi terlalu panas sehingga mengakibatkan terjadinya ledakkan bintang—yang berefek pada terbentuknya unsur-unsur berat seperti emas atau uranium. Ledakkan ini disebut supernova.
Pasca supernova terjadi, muncullah lubang hitam, black hole. Thomas DJamaluddin, profesor Astronomi-Astrofisika LAPAN menjelaskan:
Lubang hitam bisa terbentuk dari inti bintang raksasa yang meledak sebagai supernova. Bagian luar bintang terlihat hancur berhamburan ke luar, tetapi intinya memadat ke dalam. Jika diumpamakan, kepadatan Lubang Hitam sama dengan bola matahari, yang berdiameter 1,4 juta km (109 kali diameter bumi) dan bermassa 2 miliar miliar miliar (dengan 27 angka nol) ton, dimampatkan hingga diameternya hanya 3 km.
Segala hal di alam semesta, pasca dentuman besar, bergerak mengelilingi suatu pusat, mirip dengan model thawaf jama’ah haji mengelilingi ka’bah.
Dalam skala molekuler, elektron mengelilingi proton pada inti atom, dalam gerak yang polanya sampai saat ini belum dapat kita baca.
Dalam skala yang lebih besar, pecahan-pecahan yang terhempas dari bintang-bintang mendingin lalu menjadi planet-planet yang juga melakukan gerak thawaf mengelilingi bintang tersebut, seperti planet bumi dan tujuh planet lainnya, berthawaf mengelilingi matahari.
Selain itu bintang-bintang di alam semesta pun berthawaf mengelilingi pusat galaksi, dan setiap seratus miliar galaksi juga berthawaf mengelilingi pusat cluster, lalu seratus miliar cluster berthawaf mengelilingi pusat super cluster.
Penjelasan mengenai fenomena ini diterangkan dalam Al-Qur’an, antara lain dalam surat At-Taghobun ayat 1:
يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Bertasbih kepada Allah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi, Dia (Allah) Milik-Nya segala kekuasaan dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
(Al-Qur’an, At-Taghobun: 1)
ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ وَهِيَ دُخَانٞ فَقَالَ لَهَا وَلِلۡأَرۡضِ ٱئۡتِيَا طَوۡعًا أَوۡ كَرۡهٗا قَالَتَآ أَتَيۡنَا طَآئِعِينَ
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”
(Al-Qur’an, Fushilat: 11)
Demikianlah episode-episode penciptaan alam semesta sebagaimana dituturkan oleh sains dan Al-Qur’an yang hendaknya semakin menyadarkan kita akan kekuasaan dan pemeliharaan Allah atas alam semesta.
Kita menolak ide-ide materialistik yang mengatakan bahwa alam semesta ini bekerja sendiri, tanpa campur tangan Tuhan.
Selain itu, kita juga menolak ide yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta lalu setelah itu beristirahat, karena mesin semesta kemudian bekerja otomatis seperti mesin jam.
Sebagai muslim, kita yakin dan percaya bahwa Allah merupakan al-Khaliq, Maha Pencipta dan robbul ‘alamin, Maha Pemelihara Alam Semesta.