Home » Nama-Nama Hari Kita Berasal dari Praktik Agama Pagan
Sejarah nama-nama hari kita berasal dari abad kuno. Pada masa itu, berhala dan patung disembah di mana-mana, tidak terkecuali di wilayah Eropa Barat. Orang-orang Celtic yang beragama pagan datang dari pegunungan Eropa tengah dan tenggara lalu membawa berhala mereka ke Britania, Prancis, dan Spanyol; orang-orang Viking datang dari Rusia dengan membawa berhala-berhala mereka dan mendiami wilayah yang kini menjadi Skandinavia; demikian pula bangsa Gothik dari Asia Tengah datang ke Spanyol, Italia dan Afrika utara dengan membawa agama mereka.
Baca juga: Perbedaan antara Abad Kuno, Abad Pertengahan dan Abad Modern
Berhala dan patung disembah secara rutin dalam agama kuno yang dianut oleh bangsa-bangsa tersebut, mereka menyembah satu dewa dalam satu hari. Dan, secara sistematis mereka menjadikan nama-nama hari dengan nama-nama dewa mereka, yang terintegrasi dalam sistem kalender mereka yang nama-nama bulannya juga menggunakan nama-nama dewa.
Baca juga: Sejarah Kalender Masehi
Berikut ini adalah gambaran umum mengenai praktik pemujaan dewa-dewa atau paganisme yang menjadi nama-nama Hari pada saat ini:
Pada zaman dahulu, orang-orang pagan memuja matahari, sun, sebagai dewa yang memberikan kehidupan dan kehangatan. Matahari dipuja sebagai simbol kekuatan dan kemenangan, dan seringkali dihubungkan dengan dewa-dewi lain seperti Apollo dalam mitologi Yunani, Ra dalam mitologi Mesir, Sol Invictus dalam mitologi Romawi, Tonatiuh dalam mitologi Aztec (MesoAmerika), dan Surya dalam mitologi Hindu.
Baca juga: Dewa-Dewa Yunani Kuno
Pemujaan bulan atau moon juga populer pada zaman dahulu. Bulan dipuja sebagai simbol kesuburan dan keberuntungan, dan seringkali dihubungkan dengan dewi-dewi kecantikan dan kesehatan seperti Artemis dalam mitologi Yunani atau Selene dalam mitologi Romawi.
Pada hari Selasa, orang-orang pagan memuja dewa perang Jermanik, Tiw atau Tiu. Dewa ini dipuja sebagai simbol keberanian dan kekuatan dalam pertempuran, dan seringkali dihubungkan dengan dewa perang lainnya seperti Mars dalam mitologi Romawi atau Ares dalam mitologi Yunani.
Pada hari Rabu, orang-orang pagan memuja dewa utama dalam mitologi Nordik (orang-orang Skandinavia), Woden atau Odin. Dewa ini dipuja sebagai simbol kebijaksanaan dan pengetahuan, dan seringkali dihubungkan dengan dewa-dewi pengetahuan lainnya seperti Athena dalam mitologi Yunani atau Thoth dalam mitologi Mesir.
Pada hari Kamis, orang-orang pagan memuja dewa petir dalam mitologi Nordik, Thor. Dewa ini dipuja sebagai simbol kekuatan dan perlindungan, dan seringkali dihubungkan dengan dewa-dewa lain yang memiliki kekuatan alamiah seperti Zeus dalam mitologi Yunani atau Indra dalam mitologi Hindu.
Pada hari Jumat, orang-orang pagan dari Skandinavia memuja dewi kesuburan, Freyja, atau dewi cinta dan kecantikan, Frigg. Dewi ini dipuja sebagai simbol keindahan dan kasih sayang, dan seringkali dihubungkan dengan dewi-dewi lain yang memiliki kekuatan seperti Aphrodite dalam mitologi Yunani atau Venus dalam mitologi Romawi.
Pada hari Sabtu, orang-orang pagan memuja dewa pertanian Romawi, Saturnus. Dewa ini dipuja sebagai simbol kesuburan dan kelimpahan, dan seringkali dihubungkan dengan dewa-dewi pertanian lainnya seperti Demeter dalam mitologi Yunani atau Ceres dalam mitologi Romawi.
Seperti kita ketahui, dunia Eropa kemudian diambil alih secara politik oleh bangsa Romawi (kecuali Skandinavia yang tidak pernah dijajah romawi). Romawi menguasai bangsa Celtic (Britania, Prancis, Spanyol, dan sebagian kecil Italia) pada abad ke-2 sebelum Masehi, lalu Celtic di utara Italia pada abad ke-4 sebelum masehi, dan pada abad pertama, seluruh tanah Galia jatuh ke tangan Romawi.
Setelah bangsa-bangsa kuno tersebut tunduk kepada Romawi, mereka tunduk secara politik tetapi masih merdeka dalam kebudayaan. Agama-agama, berhala-berhala masih disembah seperti sedia kala dan Romawi tidak keberatan terhadap kebudayaan tersebut sepanjang tidak mengganggu stabilitas pemerintahan.
Namun demikian, pada abad ke-4 sebelum Masehi, Romawi menjadi Kristen dan mendukung semua gerakan Kristen. Berbeda dari agama pagan, agama Kristen termasuk agama samawi karena pada mulanya agama tersebut dibawa oleh seorang nabi bernama Isa. Walaupun selama beberapa abad pertama Masehi agama ini mulai bertransformasi dalam mengilahikan Nabi Isa dan disebut “Yesus” di kota-kota Romawi yang berbicara dengan bahasa Yunani, namun praktik-praktik pemujaan berhala dan kultus kesuburan tetap dianggap sebagai bid’ah yang tak termaafkan. Lalu, mengapa Romawi Kristen tetap mempertahankan nama-nama Hari yang memiliki akar paganisme tersebut?
Salah satu alasan mengapa gereja Kristen Romawi mempertahankan nama-nama hari yang berasal dari nama dewa-dewa pagan adalah karena sulit untuk mengubah praktik dan kebiasaan yang telah berlangsung selama berabad-abad. Selain itu, penggunaan nama-nama hari yang berasal dari kalender pagan juga memudahkan orang-orang untuk memahami dan mengikuti kalender Kristen yang baru.
Selama abad ke-4, Konstantinus Agung memperkenalkan hari Minggu sebagai hari istirahat dan hari pemujaan Kristen, menggantikan hari Sabtu yang dianggap sebagai hari istirahat dalam kalender Yahudi. Hal ini mengakibatkan hari Minggu menjadi lebih penting dalam kalender Kristen dan digunakan sebagai awal minggu dalam kalender Kristen.
Meskipun penggunaan nama-nama hari berasal dari nama dewa-dewa pagan, gereja Kristen Romawi tidak mempromosikan pemujaan terhadap dewa-dewa tersebut. Sebaliknya, gereja Kristen Romawi lebih fokus pada makna Kristen dari setiap hari, misalnya pada hari Minggu sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus dan pada hari Jumat sebagai hari di mana Yesus disalibkan.
Dalam hal ini, gereja Kristen Romawi memandang penggunaan nama-nama hari berasal dari nama dewa-dewa pagan sebagai sebuah tradisi yang sudah menjadi bagian dari budaya dan sejarah, dan diubah maknanya untuk mempromosikan nilai-nilai Kristen.
@ 2023 MisterArie. All right reserved.