Sejarah telah melalui jalan panjang, berliku-liku nan terjal sebelum sampai ke abad modern, di sini dan sekarang. Jauh di hulu sejarah umat manusia pernah berdiri sosok laki-laki pertama ciptaan Allah bernama Adam dan istrinya, Hawa. 1 Dan kini, di hilir sungai sejarah, telah hidup tujuh miliar manusia keturunan Adam2. Lalu, apakah yang terjadi di antara itu? Marilah kita tengok garis besar sejarah umat manusia!
Di antara zaman Nabi Adam dan zaman kita, terbentang masa yang sangat panjang dan sulit ditentukan secara pasti lamanya3; pada rentang panjang periode ini, anak-anak keturunan Adam hidup bermasyarakat, tumbuh menjadi desa, kota, lalu muncullah kerajaan-kerajaan.
Sepanjang hampir tujuh ratus tahun pertama, Adam masih hidup untuk membimbing anak-anak dan keturunannya. Sebagai nabi dan manusia pertama4, ia terus mengajarkan Islam kepada mereka dan mengingatkan untuk selalu waspada dari bisikan setan yang tak kasat mata tetapi nyata-nyata ada5. Bisikan “indah” setan dapat membuat manusia lalai dari perintah dan larangan Allah. 6
Setelah Adam wafat dan dimakankan di gunung Qasiyun di Damaskus7, anak-anak keturunannya telah hidup bersuku-suku dan menyebar ke banyak tempat yang menyediakan sarana kehidupan. Boleh jadi, sebagian dari mereka hijrah ke selatan, menghuni jazirah Arab yang kala itu masih ditumbuhi pohon dan dialiri sungai8; sebagian lainnya mungkin bertualang ke timur dan tinggal di kawasan sungai Efrat dan Tigris; sebagian lainnya mungkin menjelajah lebih jauh ke timur sampai menemukan sungai kuning di China.9
Ketika anak-anak keturunan Adam telah menempati berbagai tempat di bumi, mereka pun masih setia menjadi muslim yang taat, setidaknya, mereka masih bersujud kepada Allah sebagai Robb ul-‘Alamin. Ketaatan ini masih berlangsung hingga seribu tahun setelah wafatnya sang nabi Allah pertama.10 Namun, setelah periode panjang itu keadaan mulai berubah.
Pemujaan berhala pertama terjadi di pegunungan utara Iraq11. Sekelompok keturunan Adam masih menyembah Allah, tetapi mereka juga begitu memuliakan beberapa manusia soleh yang telah meninggal12: mereka lukis gambarnya dan mereka pahat patungnya. Pemuliaan pun berganti menjadi pemujaan. Di samping Allah, kini ada objek lain yang mereka besarkan.
Oleh karena itu, Allah memberikan wahyu kepada seorang lelaki di antara mereka untuk mengajak kaum penyembah berhala ini agar kembali kepada Islam, supaya hanya menyembah Allah saja. Nuh, nabi Allah ini, pagi dan siang memberikan peringatan kepada mereka. Mirisnya, selama empat ratus lima puluh tahun, hanya segelintir orang yang beriman kepadanya. 13
Pemujaan kini merebak hampir di semua desa dan kota di Iraq dan melebar ke Syiria. Karena tidak ada harapan, akhirnya Nuh memohon kepada Allah agar membinasakan kaum durhaka ini, maka Allah pun menjawab doanya. Allah menumpahkan air deras dari langit dan mengeluarkan air deras dari perut bumi14. Banjir besar meliputi seluruh kawasan Iraq dan sekitarnya15, sementara Nuh, keluarganya, dan pengikutnya selamat karena mereka telah membangun sebuah bahtera yang telah disiapkan jauh sebelum peristiwa banjir itu terjadi16.
Setelah peristiwa Banjir Besar itu, populasi manusia di Arabia utara, mungkin, berkurang akan tetapi di kawasan-kawasan lain kehidupan terus berlanjut. Sebagian keturunan Adam di utara China bertahan hidup sebagai pengembara sementara sebagian lainnya di selatan telah membangun desa-desa dan kota-kota.17
Adapun di kawasan Arabia yang sedang kita bicarakan, anak-anak Nuh hidup cukup lama. Setelah ratusan tahun lamanya, anak keturunan Sam putra Nuh banyak bermukim di Syiria utara lalu mendirikan daulah Fadan Aram18 yang membuat mereka nanti dikenal sebagai bangsa Aram19 dan bangsa Funisia20, sementara sebagian lainnya berjuang kembali menghidupkan lembah Efrat dan Tigris. Kelak mereka akan dikenal sebagai orang-orang Akkadia dan Babilonia. 21
Sementara itu, anak-anak Ham putra Nuh hijrah lebih jauh ke Mesir22. Mereka bercocok tanam dengan memanfaatkan sungai nil yang mengalir dari selatan ke utara23. Dalam waktu yang panjang, lembah-lembah di sepanjang sungai tersebut telah dihuni oleh anak-anak Ham putra Nuh. Mereka membangun desa-desa dan kota-kota. Di kemudian hari mereka dikenal sebagai bangsa Qibti yang nanti akan membangun dinasti-dinasti Mesir kuno. 24
Adapun keturunan Yafeth putra Nuh lebih banyak menyebar di belahan bumi utara dan di kemudian hari kita akan mengenal keturunannya sebagai bangsa-bangsa petualang: bangsa Arya yang akan mendirikan dinasti-dinasti syah Iran dan menginvasi benua India; bangsa Skitia, Turki, Slavia, Yunani, Goth, Jerman, dan Jut—yang semuanya disebut Ya’juj dan Ma’juj dalam ejaan Arab25—yang nanti akan menguasai semenanjung balkan, mendominasi kepulauan Yunani, merajai semenanjung Iberia dan menaklukkan kepulauan di Inggris.
Sekarang, bumi sudah tampak lebih ramai. Sebagian anak-anak keturunan Adam telah mengisi belahan-belahan bumi yang subur dan mendirikan kota-kota dan kerajaan-kerajaan, menyerahkan kebebasan mereka untuk menjadi tawanan hidup sebagai masyarakat yang dipenuhi norma-norma, walaupun sebagian kecil lainnya lebih memilih hidup bebas sebagai pengembara di gurun dan di padang rumput yang liar.26
Kala ini, anak-anak keturunan Adam masih menyembah Allah sampai pada suatu titik waktu setitik racun setan disusupkan dan merusak keimanan di seluruh masyarakat. Kebanyakan manusia di kemudian hari menyembah berhala, ketua-ketua suku dan raja-raja mendirikan kuil-kuil untuk berhala. Maka setiap anak yang lahir pun “tertawan” dalam lingkungan berhala. Dimulailah zaman kerajaan berhala …
Bersambung ke Bagian Kedua …
@ 2022 MisterArie. All right reserved.