misterarie
Facebook
WhatsApp
Email

Memahami Kitab Suci sebagai Rukun Iman Ketiga

Apa Itu Kitab Suci?

Kitab suci adalah firman Allah, atau kata-kata Allah yang diajarkan oleh para nabi kepada umatnya masing-masing. Tujuan kitab suci diturunkan adalah agar manusia memiliki petunjuk hidup dan dapat beribadah sesuai dengan cara yang diinginkan Tuhan Sang Pencipta.

Rukun Iman Ketiga

Dalam hadits tentang rukun iman yang ditulis oleh Imam Nawawi dalam Kitab Al-Arba’in, keimanan pada kitab suci terletak pada urutan yang ketiga. Dalam hadits itu diceritakan bahwa Malaikat Jibril turun ke bumi menemui nabi saw. dan bertanya tentang keimanan, kemudian nabi saw. menjawab:

 فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada (1) Allah, kepada (2) para Malaikat-Nya, kepada (3) Kitab-kitab-Nya, kepada (4) para rasul-Nya, kepada (5) hari Kiamat dan kepada (6) takdir yang baik maupun yang buruk.”… (HR. Muslim)

Kitab Suci Diturunkan kepada Banyak Nabi

Kitab suci merupakan pedoman hidup yang dibutuhkan manusia. Dalam hidup ini mereka senantiasa mencari jawaban: “untuk apa hidup ini? Bagaimana kita menjalaninya?” Tentu saja banyak yang salah jalan sehingga mereka menyembah tuhan-tuhan palsu seperti Bangsa Mesir yang menyembah matahari (Amun Ra), Bangsa Irak yang menyembah Jupiter (Mardukh), dan Bangsa Syam yang menyembah Bulan (Sin). Oleh karena itu, Allah terus mengutus para nabi untuk memberikan peringatan kepada mereka dan sekaligus mengajarkan kitab suci sebagai pedoman hidup yang benar.

Kitab Suci Sebelum Taurat

Sebelum turunnya Taurat, kitab suci disebut Suhuf (bentuk jamak dari Sahifah= lembaran). Pada awal mula tumbuhnya masyarakat manusia, Allah memberikan 50 Suhuf kepada putra Nabi Adam, yaitu Syits bin Adam.

Kemudian, perlahan-lahan ajaran dalam Suhuf tersebut terlupakan, manusia terjerumus ke dalam godaan Iblis untuk menyembah berhala bernama Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Maka, datanglah Nabi Nuh untuk mengajarkan syari’at yang benar. Tetapi, hampir seribu tahun berdakwah tanpa hasil, Allah pun menenggelamkan kaum Nabi Nuh tersebut. Manusia pun kembali menyembah Allah. 

Selama hampir seribu tahun berdakwah, Nabi Nuh tidak memiliki lebih dari 100 pengikut dan kita tidak memiliki cukup informasi pula apakah sang nabi membawa Suhuf untuk pengikut-pengikutnya.

Setelah zaman Nabi Nuh berlalu, lahirlah kembali tradisi menyembah berhala di seluruh dunia. Maka Allah pun memberikan Suhuf kepada Nabi Ibrahim untuk diajarkan kepada umat manusia.

Setelah Ibrahim, Musa pun menerima Suhuf. Baik Suhuf Ibrahim ataupun Musa, keduanya mengajarkan keimanan: “Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi, yang telah Menciptakan dan Menyempurnakan” (QS. Al-A’la: 1-2).

Kitab Suci Taurat dan Kitab-Kitab Setelahnya

Nabi Musa yang tampil di panggung sejarah pada tahun 1400 s.M diutus Allah dengan misi membebaskan Bani Israil dari penindasan di Mesir. Lebih jauh lagi, cita-cita bangsa ini ke depannya adalah ingin membangun Kerajaan Israil yang hidup dengan hukum Allah.

Maka, setelah berhasil membawa (konon, menurut Bible) dua juta orang Israel menyebrangi Laut Merah dan memasuki semenanjung Sinai, Nabi Musa pun mendaki Gunung Sinai dan di sana ia menerima Kitab Taurat.

Taurat

Taurat atau Thora yang berarti “hukum” merupakan pedoman hidup yang lengkap bagi kehidupan beragama, sosial, dan individual Bani Israil. Di dalamnya diceritakan bagaimana Allah menciptakan alam semesta, bagaimana umat Nabi Nuh yang mendustakan agama kemudian ditenggelamkan dalam banjir, dan diajarkan pula perintah sunat, penghormatan terhadap hari Sabat, kewajiban berbakti kepada orang tua, larangan mencuri dan sebagainya.

Salah satu kutipan Taurat adalah sebagai berikut:

Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Keluaran: 20: 2-3)

Lalu, setelah Nabi Musa wafat, Bani Israil berhasil memasuki Tanah Kan’an dan menaklukkan suku-suku Kan’an di dalamnya: Yabus, Amor, dan Filistin. Akhirnya sebuah Kerajaan Israil pun berdiri. Rajanya yang pertama adalah Thalut (Saul, dalam istilah Bible) dan dilanjutkan oleh menantunya, Nabi Daud. 

Zabur

Dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, Bani Israil berpegang kepada Kitab Taurat, namun, kepada Nabi Daud juga diturunkan satu Kitab Suci lainnya, yaitu Kitab Zabur. Kitab  ini berisi doa-doa, tasbih, puji-pujian, nasehat, dan pelajaran hidup. 

Zabur merupakan Kitab “Tasawuf”nya Bani Israil. Zabur merupakan “jalan cinta”. Sebab, Taurat lebih kental berisi hukum, perintah, dan larangan yang keras. Memang, diakui umum oleh para peneliti Taurat masa kini bahwa dalam Kitab Taurat, Tuhan bersikap sangat tegas dan keras kepada Bani Israil. Hal ini disebabkan oleh karena watak Bani Israil yang juga sangat keras kepala dan sombong. Maka, Zabur sebenarnya melengkapi Taurat yang kaku dan keras tersebut dengan doa-doa, hikmah serta pujian yang bernuansa cinta. 

Salah satu kutipan kitab Zabur adalah sebagai berikut:

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105)

Injil

Sekitar seribu tahun setelah turunnya Zabur, kerajaan Bani Israil telah mengalami pasang-surut kehidupan benegara: kerajaan mereka terbelah dua pasca-nabi Sulaiman wafat, kerajaan mereka dihantam Bangsa Asyur yang kejam, dan dihancurkan oleh Bangsa Babilonia. Kerajaan mereka telah runtuh untuk selama-lamanya. Dan pada abad pertama tahun Masehi, Bani Israil telah menjadi warga jajahan Bangsa Romawi. Mereka sudah tidak lagi memiliki kemerdekaan politik, walaupun masih memiliki kemerdekaan beragama dan menjadikan Taurat sebagai hukum bermasyarakat. 

Dalam latar belakang tersebut Allah mengutus Nabi Isa yang membawa Kitab Injil. Kitab tersebut berisi ajaran keimanan, ketaqwaan dan akhlaq mulia. Salah satu kutipan Injil yang terkenal adalah sebagai berikut:

Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 7: 12)

Kitab Injil hanya merevisi sebagian kecil isi Taurat, dan secara umum, Kitab Taurat, Zabur, dan Injil masih berlaku sebagai pedoman hidup yang sah bagi Bani Israil sampai datangnya Kitab Al-Quran.

Al-Quran

Pada kurun waktu antara abad ke-1 sampai ke-7 masehi umat manusia mengalami kebingungan dan tidak memiliki pedoman hidup. Bangsa Romawi memegang hukum yang kejam bagi rakyat kecil, Bangsa Persia melegalkan perilaku-perilaku yang tidak bermoral dalam kehidupan bermasyarakat. Ajaran dalam Injil yang dibawa Nabi Isa pun telah diubah: “sembahlah Allah” menjadi “sembahlah Isa”. Orang-orang Yahudi pun telah mengubah isi Taurat, menghapus ayat-ayat yang tidak sesuai dengan kehendak hati mereka. 

Dalam latar belakang tersebut, maka turunlah Al-Quran kepada Nabi Muhammad, seorang pemuda Arab dari Kota Makkah. Al-Quran mengandung cerita tentang umat-umat yang dibinasakan, ayat-ayat tentang bagaimana Allah menciptakan alam semesta dan memeliharanya sebagai nikmat bagi kita. Selain itu, Kitab ini juga berisi perintah beribadah, larangan-larangan, janji “orang-orang baik akan masuk ke surga” dan ancaman “orang-orang jahat akan masuk ke neraka“.

Di antara kutipan Al-Quran yang pernah membuat Nabi Muhammad saw. berlinang air mata adalah ayat berikut:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka (QS. Ali-Imron: 190-191)

Kitab Al-Quran turun dan diajarkan untuk menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.

Status Taurat, Zabur, dan Injil Setelah Turunnya Al-Quran

Setelah turunnya Kitab Al-Quran, maka status Taurat, Zabur, dan Injil tidak lagi menjadi hukum yang sah. Semua pemilik Kitab Suci terdahulu (ahlul Kitab) wajib beriman kepada Kitab Al-Quran. Terlebih lagi, sebagaimana telah kita singgung di muka bahwa kitab-kitab suci terdahulu telah mengalami  pengubahan. Taurat telah hilang, lalu ditulis-ulang. Injil pun demikian, yang tersisa kini dari Kitab Injil yang berada di tangan orang-orang Kristen hanyalah kumpulan catatan milik Mathius, Markus, Lukas, dan Yohanes, sedangkan catatan-catatan lain yang bertentangan dengan ide “Isa itu Tuhan” dianggap sebagai kitab terlarang oleh Gereja Katholik.

Otoritas Kitab Suci kini hanya terletak pada Kitab Al-Quran. Oleh karena itu, pada suatu saat, Nabi marah kepada Umar bin Khathab yang membuka-buka Kitab Taurat. Nabi berkata kepadanya:

أَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا بْنَ الخَطَّابِ؟ أَلَمْ آتِ بِهَا بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ؟! لَوْ كَانَ أَخِيْ مُوْسَى حَيًّا مَا وَسَعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي رواه أحمد والدارمي وغيرهما.

“Apakah dalam hatimu ada keraguan, wahai Ibnul Khottob? Apakah dalam taurat (kitab Nabi Musa, pen) terdapat ajaran yang masih putih bersih?! (Ketahuilah), seandainya saudaraku Musa hidup, beliau tetap harus mengikuti (ajaran)ku.” (HR. Ahmad 3: 387)

Jumlah Kitab Suci

Sebagaimana telah diceritakan di atas, Allah telah menurunkan banyak kitab suci melalui tangan banyak nabi dan rasul-Nya. Pada suatu saat, Abu Dzar bertanya kepada nabi Muhammad: “berapakah kitab suci yang telah diturunkan Allah?” maka Nabi Saw. menjawab:

مِائَةُ كِتَابٍ وَأَرْبَعَةُ كُتُبٍ أُنْزِلَ عَلَى شِيثٍ خَمْسُونَ صَحِيفَةً وَأُنْزِلَ عَلَى أَخْنُوخَ ثَلَاثُونَ صَحِيفَةً وَأُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَشَرُ صَحَائِفَ وَأُنْزِلَ عَلَى مُوسَى قَبْلَ التَّوْرَاةِ عَشَرُ صَحَائِفَ وَأُنْزِلَ التَّوْرَاةُ والإنجيل والزبور والقرآن

Ada 100 kitab. Diturunkan kepada Nabi Syits 50 suhuf, diturunkan kepada Nabi Idris 30 Suhuf, diturunkan kepada Nabi Ibrahim 10 suhuf, diturunkan kepada Nabi Musa sebelum taurat 10 suhuf. Allah juga menurunkan Taurat, Injil, dan Al Quran.” (HR. Ibnu Hibban)

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie