Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.
Home » Kisah Nabi Saleh
Ribuan tahun yang lalu, hiduplah sebuah masyarakat besar yang disebut dengan Kaum Tsamud. Selain terhimpun dari suku-suku yang berasal-usul dari Sam putra Nuh yang selamat dari Banjir Besar, Kaum Tsamud juga meliputi imigran saudara mereka, kaum ‘Ad, yang Allah selamatkan dari hukuman azab di Al-Ahqaf, di selatan Arab sekitar 500 tahun sebelumnya.
Negeri tempat kaum Tsamud tinggal adalah padang rumput yang subur dengan pohon-pohon kurma yang lebat serta sungai-sungai yang jernih airnya. Selain itu, negeri ini juga memiliki gunung-gunung batu yang keras yang dipahat dengan sangat indah oleh Kaum Tsamud dan digunakan sebagai tempat tinggal.
Berbeda dengan masa kini di mana Al-Hijr merupakan tanah yang kering dan tandus, pada zaman itu (sekitar 10.000 s.M) Al-Hijr dan sekitarnya merupakan padang rumput yang hijau, yang dialiri oleh sungai-sungai.
Kaum Tsamud menikmati masa-masa kemakmuran di Al-Hijr. Kemakmuran ini didukung oleh dua hal, pertama stabilitas keamanan, dan kedua, stabilitas ekonomi. Kaum Tsamud merupakan masyarakat yang relatif dominan secara politik dan militer di Arabia pasca-kebinasaan Kaum ‘Ad di selatan, bertetangga dengan kabilah-kabilah Semit dan Hamit lainnya di tanah Sam.
Dengan dominasi tersebut, Kaum Tsamud mengalami periode damai yang panjang sehingga dapat membangun kebudayaan negerinya. Mereka tinggal di bumi yang relatif masih subur dengan kebun-kebun kurma yang lebat dan mata air berlimpah, membangun istana-istana di dataran rendah dan melubangi gunung-gunung serta memahatnya untuk dijadikan rumah tinggal.
Kondisi itulah yang, agaknya dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an berikut ini:
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ
وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚ
Ingatlah ketika (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada dataran rendahnya bangunan-bangunan besar dan kamu pahat gunung-gunungnya menjadi rumah. (QS. Al-A’rof: 74)
Kehidupan yang makmur tersebut merupakan nikmat kolektif yang mestinya disadari. Pertama, ada Tuhan yang Berkuasa, Hidup, dan mengendalikan semua kemakmuran ini. Kedua, menyadari bahwa konsekuensi logis dan etis dari sebuah pemberian adalah dengan melakukan terima kasih atau syukur kepada Tuhan tersebut.
Namun, setelah masa kemakmuran ini berlangsung panjang, Kaum Tsamud tidak juga menunjukkan rasa syukur. Mereka melupakan ajaran leluhur mereka yang beriman sehingga diselamatkan dari azab di Al-Ahqaf.
Generasi Tsamud yang sekarang telah melupakan Allah sebagai Sang Pencipta dan Sang Penguasa yang Maha Hidup dan mengendalikan kemakmuran mereka. Mereka melihat kemakmuran itu sebagai jerih payah mereka sendiri sehingga pada akhirnya mereka mulai terkagum-kagum pada batu-batu yang merupakan landmark mereka. Mereka memujanya, menyembahnya, meminta dan berdoa kepadanya.
Akhirnya, Allah pun mengutus Nabi Saleh untuk mengingatkan mereka, menasehati mereka agar kembali menyembah Allah Yang Esa dan Kuasa.
وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ
“Kami telah mengutus) kepada (kaum) Samud saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagi kamu tuhan selain Dia (QS. Al-A’raf 73)
Nabi Saleh berdakwah dengan argumentasi rasional sebagaimana leluhurnya, Nabi Nuh dan Nabi Hud. Ia menasehati kaumnya, Tsamud, agar bersyukur kepada Allah atas nikmat kemakmuran yang mereka rasakan.
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ ٧٤
“Ingatlah ketika (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada dataran rendahnya bangunan-bangunan besar dan kamu pahat gunung-gunungnya menjadi rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-A’raf: 74)
Namun demikian, kaum Tsamud mendustakan ajaran dan nasehat Nabi Saleh, terutama para bangsawannya. Mereka berkata,
مَآ اَنْتَ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ فَأْتِ بِاٰيَةٍ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ ١٥٤
“Engkau ini tak lebih hanya manusia seperti kami! Maka, berikanlah bukti jika engkau benar!” (QS. Al-A’raf: 73)
Kaum Tsamud menuntut bukti kepada Nabi Saleh. Mereka menunjuk ke sebuah batu besar (Shakhrah) di depan mereka dan berkata,
إِنْ أَنْتَ أَخْرَجْتَ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ نَاقَةً
“Jika kamu dapat mengeluarkan dari batu besar (shakhrah) ini seekor unta betina… (Qashash al-Anbiya: hal. 143)
Kaum Tsamud tidak menyadari bahwa permintaan mengeluarkan mukjizat harus dibayar dengan iman! Jika mereka tidak membayarnya, maka akibatnya akan sangat fatal. Oleh karena itu, Nabi Saleh pun mempertanyakan hal tersebut dengan tegas,
أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَجَبْتُكُمْ إِلَى مَا سَأَلْتُمْ عَلَى الْوَجْهِ الَّذِى طَلَبْتُمْ أَتُؤْمِنُوْنَ بِمَا جِئْتُكُمْ وَ تُصَدِّقُوْنِى فِيْمَا أُرْسِلْتُ بِهِ؟ قَالُوْا نَعَمْ فَأَخَذَ عُهُوْدَهُمْ وَ مَوَاثِيْقَهُمْ عَلَى ذلِكَ
Bagaimana jika “aku” kabulkan permintaan kalian (untuk mengeluarkan unta dari batu) berdasarkan kriteria yang kalian minta, lalu apakah kalian akan beriman pada ajaran yang kubawa dan membenarkan risalah yang kuterima dari Allah? Mereka menjawab: Ya! (Qashash al-Anbiya: hal. 143)
Maka, setelah ikrar janji tersebut, Nabi Saleh pun melakukan salat di “musalla”nya dan berdoa, meminta kepada Allah untuk mengizinkan keluarnya unta dari batu.
Orang-orang mungkin masih menunggu di sekitar batu untuk membuktikan apakah benar Saleh dapat mengeluarkan unta dari batu.
Akhirnya, seekor unta betina yang sedang bunting muncul setelah batu besar tadi terbelah. Nabi Hud pun berkata:
هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ٧٣
“Inilah Unta Allah, sebagai Bukti bagi kalian. Maka biarkanlah dia berkeliaran untuk makan di bumi Allah ini dan janganlah kalian menyakitinya. Jika kalian menyakitinya, maka akan menimpa kalian azab yang pedih” (QS. Al-A’raf: 73)
Maka sejak saat itu, hiduplah seekor unta betina di tengah-tengah mereka. Pada hari ketika unta minum dari sumur, orang-orang tidak boleh meminum air dari sumur yang sama pada hari itu. Mereka bergiliran hari dengan unta dalam memakai sumur.
Setelah beberapa masa berlalu, unta bunting itu telah melahirkan. Tidak ada yang berubah, kecuali rasa dengki Kaum Tsamud yang tetap tidak percaya pada mukjizat unta.
Karena kedengkian, maka berkumpullah para pembesar (mala’) Kaum Tsamud untuk menyembelih unta ini.
Pada hari yang ditentukan, mereka mengeroyok kedua unta tersebut. Pertama-tama, mereka menombak, memanah, lalu menyembelih unta betina tersebut. Lalu, mereka pun mengejar anak unta yang berlari hingga ke puncak gunung. Di sana, anak unta tersebut menghilang.
Setelah unta betina itu mati, Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh dengan berkata:
فَأْتِنَابِمَا تِعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
“Datangkanlah azab yang kau pernah janjikan, jika kau benar-benar seorang Utusan!” (QS. Al-A’raf: 77)
Perbuatan kaum Tsamud telah melewati batas. Nabi Saleh tidak dapat menasihati mereka lagi. Kaum yang Durhaka ini akan segera menerima azab. Maka, sang nabi pun berkata:
فَعَقَرُوْهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوْا فِيْ دَارِكُمْ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوْبٍ ٦٥
“Bersenang-senanglah kalian di rumah kalian selama tiga hari. Itulah Janji azab yang tidak akan terdustakan” (QS. Hud: 65)
Ketakutan dengan azab yang dijanjikan Nabi Saleh, sekelompok Kaum Tsamud pun mencoba untuk membunuh sang nabi. Tetapi, perbuatan jahat mereka digagalkan Allah melalui batu-batu besar yang jatuh dari langit yang membinasakan mereka.
Pada hari Kamis, hari pertama mereka masih dapat hidup, wajah mereka berubah menjadi kuning. Lalu pada hari Jum’at, wajah mereka menjadi merah. Aktivitas berjalan seperti biasa, tetapi hati mereka sudah gundah melihat wajah-wajah di antara mereka yang berubah.
Lalu, pada hari Sabtu, wajah mereka semua menjadi hitam. Mereka semua diliputi rasa takut dan tidak percaya bahwa azab yang mereka minta akan membinasakan diri mereka sebentar lagi.
Kemudian, pada hari Minggu. Azab Allah menimpa Kaum Tsamud. Gempa besar (rojfah) mengguncang negeri Tsamud dan halilintar menyambar orang-orang di negeri itu.
Adapun Nabi Saleh dan pengikutnya, sebelum azab itu terjadi, Allah telah selamatkan mereka dengan Rahmat-Nya.
Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.