Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.
Home » Kisah Nabi Hud
Alkisah, ribuan tahun setelah bahtera Nabi Nuh mendarat di atas Gunung Judi, anak-anak keturunan Nabi Nuh telah berkembang menjadi kabilah-kabilah yang tersebar di berbagai tempat.
Kabilah Aram mendominasi sisi timur Laut Tengah, Asyur dan Asy-Syamari (Sumeria) di Iraq, lalu di Selatan Arabia yang disebut dengan Al-Ahqaf (bukit pasir) atau Ar-Rub’ul Khali (Seperempat yang Kosong [hanya pasir]) hiduplah Kabilah ‘Ad bin ‘Aush bin Aram bin Sam bin Nuh.
Negeri tempat kaum ‘Ad tinggal adalah padang rumput yang subur dengan pohon-pohon lebat serta sungai-sungai yang jernih airnya.
Sebenarnya, negeri itu adalah padang pasir Al-Ahqaf yang tandus. Namun, pada zaman itu (sekitar 10.000 s.M) tengah terjadi pencairan es dari kutub utara dan selatan (setelah zaman es yang dimulai sekitar 30.000 s.M) yang menyebabkan jazirah Arab diliputi air berlimpah sehingga padang pasir berubah menjadi padang rumput.
Itulah sebabnya, Nabi Muhammad pernah mengatakan,
لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوْجًا وَ أَنْهَارًا
“Tidak Terjadi Kiamat Sebelum Tanah Arab Kembali hijau dan dialiri Sungai” (HR. Muslim)
Allah melimpahkan nikmat yang sangat banyak untuk kaum ‘Ad. Selain tanah negerinya yang subur (seperti telah disebutkan), Allah juga memberikan wajah yang rupawan dan tubuh besar, kuat, serta perkasa. Dengan kelebihan tersebut, sebuah kerajaan kuat berdiri.
Lalu, seperti semua kekuasaan lainnya (yang tak pernah puas akan kekuasaan), Kaum ‘Ad pun menaklukkan negeri-negeri di sekitar Al-Ahqaf. Penaklukkan tersebut menjadi lebih mudah karena mereka memiliki badan yang besar dan kuat.
Kondisi itulah yang, agaknya dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an berikut ini:
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٦٩
Dan ingatlah, tatkala Allah menjadikan kalian para khalifah/ pemimpin pasca kepemimpinan Kaum Nabi Nuh dan Dia (Allah) memberikan kelebihan kepada kalian tubuh yang kuat… (QS. Al-A’rof: 69)
Dengan bekal tubuh yang kuat, akhirnya berdiri sebuah kerajaan besar di Al-Ahqaf, lalu tumbuhlah peradaban Kaum ‘Ad. Sistem irigasi dibuat untuk menjamin pasokan air bagi pertanian dalam negeri, benteng-benteng besar pun dibuat sebagai pertahanan dari serangan musuh. Kemudian, bangunan-bangunan dengan tiang-tiang yang tinggi dan besar dibuat di Iram, ibukota negeri ini.
Allah mengatakan tentang ibukota negeri ini:
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ ٧
(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (QS. Al-Fajr: 7)
Dengan segala nikmat tersebut, seharusnya Kaum ‘Ad bersyukur kepada Allah. Namun, pada kenyataannya, mereka kufur, mengingkari nikmat tersebut.
Bagi kaum ‘Ad, kejayaan dan kesuksesan peradaban mereka disebabkan karena kekuatan dan kehebatan diri mereka, tidak ada faktor ilahi.
فَاَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوْا فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوْا مَنْ اَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۗ
“Adapun kaum ‘Ad itu mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan mereka berkata: Siapa yang lebih besar kekuatannya dari kami?” (QS. Fushilat: 15-16)
Dengan kekuatan tersebut, mereka bersikap kejam dalam menyiksa orang lain, terutama barangkali tawanan perang dan musuh. Al-Qur’an mengatakan,
وَاِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِيْنَۚ ١٣٠
“Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis” (QS. Asy-Syu’aro: 130)
Dengan adanya kesombongan nasional tersebut, maka mereka memuja pemimpin-pemimpin militer mereka. Lalu, tatkala pemimpin tersebut mati, mereka memujanya: membuat patungnya dan bersujud kepadanya.
Pemujaan terhadap berhala-berhala ini berlangsung lama, hingga akhirnya Allah memilih salah seorang dari Kaum ‘Ad, dari salah satu suku mereka, seorang Rasul bernama Hud.
Nabi Hud menasehati kaumnya agar bertaubat, kembali ke jalan yang benar. Akan tetapi dengan sombongnya kaum tersebut menyebut merendahkan Nabi Hud.
قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ٦٥ قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ ٦٦
“(Kami telah mengutus) kepada (kaum) ‘Ad saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Tidakkah kamu bertakwa? Para pemuka yang kufur di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menduga bahwa kamu termasuk para pembohong.” (QS. Al-A’raf 65-66)
Nabi Hud mengingatkan kaumnya akan nikmat Allah yang telah diberikan untuk mereka sehingga mereka memiliki peradaban yang sedemikian maju (untuk ukuran saat itu).
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٦٩
Ingatlah, ketika Dia (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Nuh, dan melebihkan kamu dalam penciptaan (berupa) tubuh yang tinggi, besar, dan kuat. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-A’raf: 69)
Kaum ‘Ad telah mendustakan dakwah Nabi Hud. Setiap seruan dan ajakan didustakan dan direndahkan. Bahkan, pada puncaknya, kaum yang berbadan kuat tersebut menantang Nabi Hud agar segera mendatangkan azab Allah.
قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ اٰلِهَتِنَاۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ ٢٢
Mereka menjawab, “Apakah engkau datang untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka, datangkanlah azab yang telah engkau janjikan kepada kami jika engkau termasuk orang-orang benar.” (QS. Al-Ahqaf: 22)
Maka, akhirnya, Nabi Nuh pun menegaskan kepada orang-orang yang durhaka itu, bahwa azab dan murka Allah kepada mereka adalah pasti segera turun (QS. Al-A’raf: 70-71).
Maka pada mulanya, terjadilah kekeringan yang melanda seluruh negeri ‘Ad. Dalam situasi krisis tersebut, Kaum ‘Ad bersujud kepada berhala-berhala mereka, berharap hujan turun.
Pada suatu hari, datanglah awan mendung. Kaum ‘Ad merasa bergembira dengan kedatangan awan tersebut. Mereka pun berkumpul ke tanah lapang untuk menyambut hujan yang mereka harapkan. Mereka berkata,
فَلَمَّا رَاَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ اَوْدِيَتِهِمْ قَالُوْا هٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا
“Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.”
Akan tetapi, hujan tak kunjung turun. Karena awan mendung tersebut bukan berisi air, melainkan berisi angin ganas yang tajam seperti jarum. Lalu, terjadilah badai angin yang mematikan selama delapan hari tujuh malam (QS. Al-Haqqah 6-8),
فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيْحًا صَرْصَرًا فِيْٓ اَيَّامٍ نَّحِسَاتٍ لِّنُذِيْقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَخْزٰى وَهُمْ لَا يُنْصَرُوْنَ ١٦
“Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. (QS. Fushilat: 16)
Lalu, yang lebih mengerikan, tak ada sesuatu pun yang dilalui oleh angin tersebut kecuali menjadi hancur lebur.
Tidak ada seorang pun dari orang-orang ‘Ad yang tersisa. Mereka bergelimpangan seperti batang-batang kurma yang hancur.
Namun, Allah menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya. Allah pasti akan memberikan keselamatan kepada orang-orang yang beriman dengan rahmat-Nya.
Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.