Home » Kisah Adam di Surga
Setelah Iblis dikutuk dan diusir dari surga, Adam pun melanjutkan hidupnya di surga, di mana ia dapat memakan buah-buahan lezat atau meminum airnya yang nikmat. Adam memiliki apapun di surga, kecuali teman. Sehingga, ia merasa kesepian.
Oleh karena itu, Allah pun menciptakan satu manusia lainnya untuk menjadi teman hidup bagi Adam. Ia adalah seorang perempuan. Penampilannya berbeda dari Adam dan suaranya pun lebih lembut.
Setelah Hawa, pasangan Adam, diciptakan, maka Allah pun menikahkannya dengan Adam di bawah pohon Thuba dan peristiwa sakral itu disaksikan oleh para malaikat (1).
Setelah pernikahan itu, Allah berkata kepada Adam dan Hawa (2):
“Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
Perkataan Allah tersebut merupakan peraturan (syariat) bagi Adam dan Hawa, di mana mereka boleh hidup di surga, di sana mereka dapat makan dan minum sesuka mereka, dan menikmati kehidupan yang sangat indah. Namun, mereka tidak boleh mendekati sebuah pohon yang terletak di tengah-tengahnya.
Tetapi pohon apakah itu? Ada yang menyebutnya “pohon gandum“(3) dan ada yang mengatakan “pohon khuldi”. Nabi Muhammad menggambarkannya seperti ini (4):
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيْرُ الرَّاكِبُ فِى ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَايَقْطَعُهَا, شَجَرَةَ الْخُلْدِ
“Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pohon, di mana orang yang melewatinya dengan kendaraan pun selama setahun penuh tidak tuntas melewatinya (saking besarnya), itulah pohon khuldi”
Pohon Khuldi tidak seperti pohon biasa, ia adalah “pohon raksasa” yang sangat besar. Jika satu tahun tidak cukup untuk mengelilingi pohon itu tentu kita dapat membayangkan betapa tingginya pohon itu! pastinya, Adam dan istrinya dapat melihat pohon itu, walaupun dari kejauhan. Dan, tentu saja ini menjawab pertanyaan “bagaimana Adam dan Hawa dapat mengingat satu pohon larangan di antara pohon-pohon surga yang tak terhingga banyaknya?” Jawabannya, karena pohon larangan itu sangat besar dan tinggi!
Lalu, mengapa Allah melarang Adam dan istrinya untuk mendekati pohon besar itu? Apakah pohon itu begitu membahayakan sehingga Allah melarang Adam untuk mendekatinya?
Sebenarnya, tidak penting itu pohon apa, tidak penting pula alasan mengapa Allah melarang mendekatinya. Yang terpenting dalam sebuah peraturan adalah kita menaatinya, falsafah dari sebuah syari’ah adalah kita mematuhi Allah walaupun belum memahami hikmah di baliknya (5).
Sejauh ini, Adam dan istrinya mematuhi perintah Allah tersebut. Mereka selalu menjaga jarak dari pohon itu. Mereka juga selalu mengingat pesan Allah agar berhati-hati dari Iblis karena makhluk terkutuk itu telah bersumpah untuk menjadi musuh mereka.
Namun, semakin dilarang sesuatu, semakin membuat penasaran. Ditambah lagi, Iblis kini mulai beraksi untuk membuat Adam dan istrinya melanggar larangan Allah.
Bagaimana Iblis dapat mendekati Adam dan istrinya di surga? Bukankah ia sudah dikutuk dan diusir dari surga? Fakta bahwa Iblis dapat masuk ke dalam surga telah memancing banyak penafsiran seperti bahwa mungkin secara de jure, domisili Iblis dalam “KTP” bukan lagi “di surga”, tetapi ia masih dapat masuk ke surga.
Namun, ada legenda yang mengatakan bahwa masuknya Iblis kembali ke dalam surga adalah sebuah usaha penyusupan yang dibantu oleh dua ekor binatang: merak dan ular. Begini ceritanya (6):
Iblis merancang strategi yang halus untuk mendekati Adam. Alih-alih menghunuskan pedang kepada Adam, Iblis akan mendekatinya dengan melakukan bujukan dan rayuan “maut”.
Maka, Iblis pun menyusup, mendekati pintu surga. Ia menyaru dalam rupa malaikat. Ia memantau situasi untuk mendapatkan jalan masuk ke sana. Ia tidak dapat begitu saja langsung masuk karena Allah telah mengusirnya.
Tiba-tiba, datanglah seekor merak mendekat ke gerbang surga. Bulu indah yang mengembang menambah keindahan merak sebagai pemimpin burung-burung surga. Melihat burung ini, Iblis pun langsung menghampiri seraya bertanya,
“Wahai burung yang diberkahi Allah. Engkau dari mana?”
“Aku dari kebun-kebunnya Adam”, jawab merak.
Iblis langsung membujuk merak, “Aku mempunyai satu nasihat untukmu, wahai, merak, tapi dengan syarat kau harus mengantarku ke dalam surga.”
“Kenapa engkau tidak masuk saja sendiri?” Tanya merak.
“Aku ingin memasuki surga ini diam-diam” Jawab Iblis.
“Aku tidak bisa menolongmu, tetapi aku akan memanggilkan satu makhluk yang bisa membawamu masuk ke dalam surga secara diam-diam”, ujar merak.
Maka, pergilah merak menemui ular. Ia berkata kepadanya, “Di pintu surga, ada seorang malaikat dan ia mempunyai sebuah nasihat penting untukmu.”
Lalu, ular pun langsung menemui Iblis. Kepadanya, Iblis bertanya: “apakah kau bisa memasukkan aku ke dalam surga diam-diam? Sebagai imbalannya, aku akan memberikan nasihat penting untukmu.”
“Tetapi bagaimana cara mengecoh malaikat Ridwan?” tanya ular itu.
“Bukalah mulutmu!” perintah Iblis. Tatkala ular membuka mulutnya, Iblis pun masuk ke dalamnya. Dari dalam Iblis berbisik kepada ular, “letakkan aku di samping pohon larangan.”
Ular itu pun merayap masuk ke dalam surga, mendekati pohon larangan lalu membuka mulutnya dan keluarlah Iblis di sana. Ia mengeluarkan sebuah seruling dan memainkan alunan suara yang syahdu.
Ketika Adam dan Hawa mendengar alunan suara indah itu, mereka mendekatinya. Mereka tertarik untuk mendengar lebih jelas lagi suara yang indah itu.
Setelah Adam dan istrinya mulai mendekat ke pohon larangan, Iblis pun memanggil keduanya dan berkata (7):
Lalu, kata Iblis (8):
Iblis mengatakan kepada Adam bahwa orang yang memakan buah pohon larangan itu tidak akan menjadi tua dan renta. Itu adalah pohon keabadian, pohon “khuldi” (9).
Sesaat Adam dan istrinya merasa ragu. Ada keinginan mereka untuk menjadi abadi seperti malaikat, tetapi di sisi lain mereka pun tidak ingin melanggar larangan Allah. Tetapi, Iblis menambahkan:
“Bukankah kalian ingin membuat Allah rido dan senang? Bukankah kalian ingin menyembah Allah? Justru dengan memakan buah dari pohon ini kalian dapat menjadi malaikat sehingga dapat beribadah kepada Allah sepanjang masa.”
Lalu, Iblis berkata dengan manis (10),
Iblis ingin mengesankan dirinya hanya ingin menasihati Adam, hanya menginginkan kebaikan untuk Adam, tidak ada maksud yang lain. Padahal, kata-katanya adalah dusta.
Maka, tergodalah Adam dan istrinya. Mereka pun memetik buah dari pohon larangan itu, dari pohon yang dinarasikan Iblis sebagai pohon kekekalan.
Sesaat tidak ada yang terjadi ketika mereka memakannya, tetapi kemudian, tatkala biji buah itu telah masuk ke dasar perut mereka. Tiba-tiba, sesuatu terjadi (11):
Adam dan istrinya pun merasa menyesal atas kesalahan yang mereka lakukan. Lalu, mereka mendengar Allah berkata kepada mereka (11):
Sekali lagi, Adam dan istrinya menyesal atas perbuatan mereka. Mereka tidak membela diri dengan mengatakan, “Ini bukan salah kami, ini gara-gara Iblis, niat kami pun baik bahwa kami ingin menjadi malaikat agar dapat menyembah-Mu”. Adam dan Hawa tidak berkelit seperti itu.
Justru, mereka berdua mengakui kesalahan, merendahkan diri mereka, dan berkata kepada Allah (12):
Allah menerima taubat Adam dan istrinya. Tetapi, mereka tidak lagi bisa tinggal di surga. Takdir mereka telah tiba untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sekarang, mereka harus “turun” dari surga ke bumi (13).
Maka, Allah pun memberikan perintah dan ketetapan kepada Adam dan istrinya, sebuah ketetapan bahwa bangsa manusia akan hidup di bumi, sebagian akan menjadi baik dan sebagian menjadi jahat. Permusuhan, pertengkaran, peperangan, tidak akan terelakkan, tetapi pada waktunya kehidupan itu akan berakhir. Kata Allah (14):
Maka, Jibril pun menggenggam tangan Adam dan membawanya “turun” ke muka bumi. Menurut Ibnu ‘Abbas, ia mendarat di bukit Shafa sedangkan Hawa di bukit Marwah (15).
Menurut Al-Auza’i, Adam dan Hawa telah tinggal di surga selama seratus tahun. Maka, jika kita membenarkan riwayat yang mengatakan bahwa umur Adam mencapai sembilan ratus empat puluh tahun (16), berarti Adam masih mempunyai sisa delapan ratus empat puluh tahun lagi untuk hidup di bumi.
Kelak, ia akan mempunyai anak-anak, cucu-cucu, dan cicit-cicit yang akan mengisi lembah-lembah di sekitar sungai, danau, dan laut yang ada di bumi.
@ 2022 MisterArie. All right reserved.
3 Comments
Thanks so much!
you are welcome.