Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.
Home » Kebakaran Los Angeles 2025 Diduga “Karma” Akibat Dukungan Amerika dalam Genosida Israel di Gaza
Beberapa hari lalu, kebakaran Los Angeles menyita perhatian dunia. Tidak hanya karena dampaknya yang menghancurkan, tetapi juga karena menjadi pengingat akan krisis yang lebih luas. Dalam media sosial, muncul diskusi yang menghubungkan tragedi ini dengan konflik global, termasuk invasi Israel ke Gaza. Apakah kebakaran ini “karma” akibat dukungan Amerika dalam invasi Israel ke Gaza?
Invasi ke Gaza yang pecah pada 7 Oktober 2023 hingga hari ini merupakan rangkaian dari penjajahan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Berawal pada akhir abad ke-19, ketika Theodor Herzl memimpin Kongres Zionis Pertama untuk menyepakati langkah-langkah untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina yang saat itu dikuasai Turki Utsmani. Pendanaan kuat dari bankir-bankir Yahudi di Eropa menyokong gerakan ini. Melalui dana itu, imigran Yahudi mulai berdatangan ke Palestina dan membeli tanah-tanah warga Arab yang sudah berabad-abad tinggal lebih dulu di Palestina.
Pada 1897, komisi Arab dibentuk di Yerusalem untuk menghentikan pencaplokan lahan oleh imigran Yahudi. Kala itu, para tuan tanah Yahudi mulai mengusir warga Arab. Warga Arab mulai mencurigai rencana pendirian negara Israel.
Kemudian, pada Pada pergantian milenium, dengan semakin banyaknya imigran Yahudi, kesadaran nasionalisme di kalangan pribumi Arab juga timbul. Mereka juga memimpikan negara sendiri di Palestina dan jengah melihat para tuan tanah Yahudi yang kian semena-mena.
Elit Yahudi Eropa tahu, Turki Utsmani merupakan rintangan terbesar, oleh karena itu, mereka melakukan lobi ke Inggris untuk melakukan politik adu domba, devide et impera. Ah, umat Islam paling mudah diadu. Pada 1915, di tengah Perang Dunia I, Inggris berhasil merayu Sharif Makkah Hussein bin Ali melancarkan pemberontakan melawan Turki Utsmani dengan janji dukungan atas pembentukan negara Arab yang meliputi sebagian besar Timur Tengah termasuk Palestina.
Namun demikian, pada 2 November 1917, melalui lobi bankir Yahudi, Walter Rothschild, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour mengumumkan dukungan Inggris atas pembentukan negara Yahudi di Palestina. Deklarasi ini dilihat Syarif Makkah dan bangsa Arab secara keseluruhan adalah pengkhianatan terhadap janji Inggris sebelumnya.
Deklarasi Balfour juga makin mendorong imigrasi masif etnis Yahudi ke Palestina. Populasi Yahudi melonjak drastis sejak itu, dari 5 persen menjadi 30 persen pada 1935.
Kemudian, setelah kepulan debu Perang Dunia I mengendap pada 1918 dan muncul dari sana Inggris sebagai pemenang yang menduduki Palestina dengan status mandatorat, sejak itu, kebijakan-kebijakan pro-Yahudi dijalankan Inggris. Lalu, selama perang Dunia II, genosida di Jerman memberi angin pada para pemukim Yahudi di Palestina terkait pembentukan negara Zionis.
Pada 29 November 1947 PBB kemudian mengeluarkan Resolusi 181 (II) yang membagi Palestina menjadi dua negara. Komunitas Arab menolak karena solusi itu tak adil. Etnis Yahudi yang meliputi 33 persen populasi dan memiliki secara sah 7 persen saja lahan di Palestina diberi wilayah negara seluas 56 persen dari wilayah Mandat Palestina. Sementara warga Arab yang meliputi 67 persen populasi dan pemilik sah sedikitnya 80 persen tanah di Palestina mendapat wilayah lebih sedikit, yakni 43 persen saja.
Pada 1948 gelombang kekerasan menggelora di Palestina. Warga Arab yang menilai resolusi PBB tak adil kerap melakukan aksi protes, Sementara pasukan teroris Yahudi melakukan kekejaman di berbagai desa di Palestina. Salah satu yang mencolok terjadi di Deir Yassin di dekat Yerusalem pada April 1948. Ratusan warga desa saat itu dibantai Irgun dan kelompok teroris Yahudi lainnya, Lehu.
Demikianlah, dalam konteks perjuangan untuk kemerdekaan ini, Hamas, milisi orang-orang Arab Palestina, melancarkan serangan pada bulan Oktober 2023 dan menyandra orang-orang Israel. Lalu, pecahlah peperangan selama setahun. Israel bertubi-tubi menghujani Gaza dengan bom dan membunuh banyak manusia, dan hingga hari ini, perang setahun tersebut telah membunuh 41.825 manusia, melukai 96.910 orang dan lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang di bawah reruntuhan.
Kejamnya, Invasi Israel ini tidak hanya menargetkan warga sipil, tetapi juga memporak-porandakan infrastruktur di Gaza, membunuh petugas kesehatan, menghancurkan bangunan rumah, sekolah, dan seluruh lingkungan
Bagi orang-orang yang sangat rasional dan materialis, bahkan ateis, tidak ada hubungannya antara kebakaran di Los Angeles dengan genosida Israel di Gaza.
Akan tetapi, Tuhan Maha Hidup, Maha Melihat, Maha Membalas, dan Maha Adil. Sebagian orang meyakini bahwa kebakaran yang membawa kerugian sebesar USD 150 Miliar atau Rp2.430 triliun itu merupakan hukuman Tuhan kepada Amerika, yang memberikan Rp356,7 triliun kepada Israel untuk melancarkan serangannya di Palestina. Apakah ini “karma”?
Jika “karma” dipahami sebagai balasan Tuhan, maka boleh jadi tragedi kebakaran ini merupakan sebuah teguran dari Tuhan. Karena dalam sudut pandang Islam, kewajiban untuk berpihak pada kebenaran bukan hanya melibatkan individu, tetapi juga masyarakat. Maka, jika suatu masyarakat mengabaikan terjadinya kemungkaran, apalagi genosida yang demikian brutal, dan bahkan mendukungnya, bukan tidak mungkin jika azab Allah akan turun kepada mereka.
Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.