misterarie
Facebook
WhatsApp
Email

Fenomena Matinya Kepakaran di Era Media Sosial dan AI

matinya kepakaran karena AI

Pendahuluan

Era digital telah membawa perubahan revolusioner dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan hadirnya teknologi seperti internet, media sosial, bahkan teknologi terkini, Artificial Intelligence (AI), akses terhadap informasi dan kemampuan untuk menghasilkan karya kreatif atau teknis semakin terbuka bagi semua orang. Fenomena ini, meskipun menawarkan berbagai keuntungan, juga melahirkan sebuah ironi yang disebut matinya kepakaran.

Ide untuk menuliskan artikel ini sebetulnya muncul ketika saya melirik sebuah buku di toko buku, judulnya The Death of Expertise, karangan Tom Nichols. Jujur, belum pernah saya membacanya, tapi judulnya terlalu bagus sehingga siapapun pasti dapat mengerti isinya.

Definisi Matinya Kepakaran

Tahukah kalian apa itu “Matinya Kepakaran”? Matinya kepakaran merujuk pada kondisi di mana kemampuan khusus atau keahlian yang dulunya hanya dimiliki oleh segelintir ahli kini menjadi hal yang dapat diakses atau dilakukan oleh hampir semua orang. Hal ini terjadi berkat teknologi yang membuat proses rumit menjadi lebih sederhana dan otomatis, sehingga batas antara “pakar” dan “awam” semakin kabur.

Adapun teknologi yang bertanggung jawab atas fenomena ini adalah internet, media sosial, dan Artificial Intelligence atau AI.

Peran Internet

Ketika Ilmuwan Inggris Tim Berners Lee membuat situs web (website) pertama, internet belum berdampak sedikitpun, apalagi ketika baru pertama kali dikembangkan di Standford Research Institute pada 1969. Pada mulanya, teknologi ini hanya dimaksudkan untuk keperluan militer pada perang dingin tahun 1950-an: menciptakan sistem komunikasi yang tidak terpengaruh oleh serangan nuklir Uni Soviet.

Namun situasi mulai berubah pada 1990-an ketika world wide web (www) mulai dibuka untuk umum. Sejak saat itu, internet mulai menyediakan akses yang informasi yang luas. Bahkan pada perkembangannya, kita dapat mengakses informasi yang sebelumnya hanya dapat ditemukan melalui buku, jurnal ilmiah, atau konsultasi dengan ahli. Kini, seseorang dapat mempelajari cara membuat situs web (website), menulis artikel akademik, atau bahkan memahami teori ilmiah kompleks hanya dengan pencarian sederhana di Google atau platform lainnya.

Peran Media Sosial

Selain internet, media sosial juga bertanggung jawab atas terjadinya fenomena ini. Sejak Friendster dan Facebook pada tahun 2000-an menciptakan ruang percakapan di dunia maya bagi manusia se-planet bumi, maka dunia ini benar-benar sudah tanpa batas (borderless).

Lalu, pada perkembangannya, media sosial seperti youtube, instagram, Tiktok atau Whatsapp memungkinkan setiap orang untuk mempublikasikan ide atau karya mereka secara luas tanpa harus melalui proses kurasi dari pakar atau lembaga resmi. Influencer pun bermunculan dan bertindak seperti “pakar dadakan”. Sayangnya, kurang dari 50% responden tidak mampu mengidentifikasi sumber informasi sebelum mereka bagikan di media sosial.

Fenomena ini tidak hanya membuat informasi menyebar dengan cepat, tetapi juga mengaburkan standar kualitas. Benar dan salah menjadi tidak jelas, kita terjebak di dunia “abu-abu.”

Peran Artificial Intelligence (AI)

Kemudian, “serangan” terakhir terhadap kepakaran dilancarkan oleh kehadiran artificial intelligence atau AI.

Sebenarnya, AI sudah muncul bersama dengan internet. Idenya adalah ingin menciptakan mesin yang dapat meniru perilaku manusia. Pada tahun 1956, AI ditetapkan sebagai disiplin akademis di Dartmouth, Amerika. Lalu, pada 1997 komputer Deep Blue milik IBM mengalahkan juara catur dunia Garry Kasparov. Kemenangan ini menandai momen penting dalam sejarah AI, menunjukkan bahwa mesin bisa mengalahkan manusia dalam permainan strategi yang kompleks.

Lalu, pada masa kini, AI bukan hanya mengalahkan seorang pecatur manusia, tetapi juga mengalahkan dokter, insinyur, desainer, programmer, mengalahkan banyak orang. Bahkan, dalam film Terminator atau Atlas, AI mengambil-alih peradaban manusia.

Elon Musk

Saat ini, AI melakukan tugas-tugas seperti pengenalan gambar, pemrosesan bahasa alami, dan bahkan mengemudikan mobil tanpa pengemudi. AI hadir di mana-mana. Dari asisten virtual seperti Siri dan Alexa, Chatgpt di sekolah, hingga algoritma rekomendasi di platform streaming, AI telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Kemajuan dalam sejarah AI ini tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi, tetapi juga membuka pintu bagi inovasi di berbagai sektor industri.

Kehadiran AI seperti ChatGPT, DALL-E, atau MidJourney memungkinkan siapa saja untuk menciptakan karya yang dulunya memerlukan keterampilan bertahun-tahun untuk dikuasai. Contohnya, AI dapat membantu menghasilkan puisi yang tidak hanya indah tetapi juga memiliki makna mendalam. Bahkan desain grafis, yang dulunya menjadi ranah para desainer profesional, kini dapat dilakukan oleh siapa saja dengan bantuan perangkat lunak berbasis AI.

Maka, kemudian, tantangannya adalah bagaimana menciptakan mesin yang dapat menghormati nilai, tantangan privasi data, dan mengelola lapangan pekerjaan, 

Baca juga: Apa itu Artificial Intelligence?

AI Mengalahkan Manusia
AI Mengalahkan Manusia

Dampak Matinya Kepakaran

Teknologi di atas sebetulnya memiliki dampak positif. Baik internet, media sosial maupun AI telah berhasil mendemokratisasi pengetahuan dan kreativitas. Setiap orang memiliki kesempatan untuk belajar, berkarya, dan membagikan hasilnya kepada dunia. Ini mendorong inovasi di berbagai bidang karena ide-ide baru dapat muncul dari mana saja.

Namun, matinya kepakaran juga membawa risiko turunnya standar kualitas dan kredibilitas. Dalam bidang seperti jurnalistik, pendidikan, atau seni, sulit membedakan mana yang dibuat oleh pakar sejati dan mana yang dihasilkan oleh individu dengan bantuan teknologi. Akibatnya, masyarakat dapat kehilangan rasa hormat terhadap nilai kepakaran itu sendiri.

Penutup

Era internet, media sosial dan AI membawa tantangan baru terhadap peran kepakaran dalam masyarakat. Meskipun teknologi ini mempermudah akses dan produksi pengetahuan, penting untuk menjaga penghormatan terhadap keahlian yang otentik. Pakar tetap memiliki peran penting sebagai penjaga standar kualitas, etika, dan inovasi. Jika tidak, kita akan menghadapi risiko masyarakat yang penuh dengan informasi tetapi minim kebijaksanaan.

Kunjungi halaman khusus: AI untuk Belajar dan Mengajar

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latihan

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie

misterarie baru

Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.

Post Terbaru

Youtube

Scroll to Top