Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.
Home » Apakah Itu Agama?
Konon, kata “agama” berpulang kepada Bahasa Sanskerta, “a” yang berarti “tidak” dan “gama” yang bermakna “kacau” (Arifin, Menguak Misteri Agama-Agama). Pengertian etimologis ini sejalan dengan istilah agama dalam Islam, yaitu “din” (دِيْنٌ) yang berarti “peraturan” atau “undang-undang”. Pada kenyataannya, memang semua agama memiliki kekuatan untuk mengatur kehidupan pemeluknya.
Namun, peraturan agama tidak terbatas pada urusan ibadah. Mungkin benar, bahwa setiap agama mewajibkan pemeluknya untuk percaya pada Tuhan dan/atau hal-hal gaib, tetapi agama juga mengatur hal-hal keduniaan sehari-hari. Dalam Talmud Yahudi, terdapat sekitar 600 peraturan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari seperti libur, pesta, hubungan suami dan istri, persiapan makanan, kebersihan, dan sebagainya.
Tatkala Nabi Muhammad Saw ditanya oleh seorang lelaki, “Wahai, Rasulullah, apakah agama itu?” beliau menjawab, “akhlak yang baik” (At-Targhib wat Tarhib 3: 405). Pada kesempatan lain beliau pun menegaskan,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR. Ahmad dan Al-Bukhari)
Agaknya, peraturan-peraturan (baik yang bersifat ibadah maupun sosial) dalam Islam ditujukan untuk mendidik akhlak manusia yang luhur.
Di dunia ini, sebanyak 2,3 miliar manusia tunduk pada peraturan agama Kristen: mereka pergi ke gereja, mendengarkan khotbah dan berusaha berperilaku kasih sayang seperti yang diajarkan para pendeta. Lalu, sebanyak 1,9 miliar tunduk pada peraturan agama Islam: mereka menyembah Allah di masjid-masjid, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan berziarah haji ke Makkah.
Selain Islam dan Kristen, agama-agama lainnya relatif lebih sedikit jumlahnya. Penganut Hindu berjumlah 1.1 miliar, Buddha 500 juta, agama mistik tradisional 400 juta, Konghucu 100 juta, Sikh 30 juta, Yahudi 15 juta, Baha’i 7 juta, Jainisme 4,5 juta, Shinto 4 juta, Zoroastrianisme 2,6 juta, Taoisme 1.2 juta orang.
Baca juga: Statistik Pemeluk Agama-Agama di Dunia
Pada awal abad modern, banyak studi dilakukan oleh orang-orang Eropa untuk menemukan motif-motif beragama. Pada umumnya, para peneliti tersebut menduga adanya rasa takut manusia pada fenomena alam yang mengerikan: banjir, badai atau petir, sehingga muncullah penyembahan terhadap dewa-dewi alam, seperti dewa matahari (Ra), dewi bulan (Isis), dewa petir atau badai (Zeus). Tetapi ini hanya teori, pandangan semata, yang sifatnya relatif benar (bukan absolut benar).
Menurut ajaran Islam (yang absolut benar bagi penganutnya), kecenderungan beragama telah tertanam (embedded) di dalam jiwa manusia. Allah menciptakan fithrah (potensi) beragama sehingga manusia akan cenderung mencari Tuhannya, dengan cara berfikir. Itulah mengapa, tatkala para nabi berdakwah kepada kaumnya, mereka mengajak berfikir: menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kasih sayang Tuhan yang tampak pada alam sekitar mereka, bumi yang dihamparkan, gunung yang menjadi pancang, fenomena pasangan-pasangan pada alam, siang yang panas dan malam yang dingin untuk beristirahat. Para nabi memanggil motivasi terdalam manusia untuk tunduk kepada Tuhan.
Oleh karena itu, agama akan selalu ada, bersama manusia, betapapun mereka telah hidup di dunia modern di mana banjir, petir dan badai relatif telah ditaklukkan. Dalam pengertian inilah Will Durrant agaknya berkata:
“Agama memiliki seratus jiwa. Segala sesuatu jika telah dibunuh pada kali pertama akan mati untuk selamanya, kecuali agama. Seratus kali dibunuh, agama akan muncul lagi dan kembali untuk selamanya.” (Muthahari, Manusia dan Agama)
Dalam setiap agama, biasanya terdapat dimensi-dimensi atau aspeknya, seperti dimensi ideologi, dimensi ritual, dimensi eksperensial, dimensi intelektual, dan dimensi konsekuensial.
Dimensi ideologi adalah kepercayaan utama dalam suatu agama. Ideologi Islam adalah “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah”; Kristen meyakini ide trinitas, “Tuhan yang Esa menjelma menjadi tiga oknum: Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus; agama Zoroaster meyakini adanya konflik antara Ahura Mazda (Dewa Tertinggi) melawan Ahriman (Iblis).
Selain itu, ideologi sebuah agama juga meliputi kepercayaan tentang makna kehidupan, seperti kepercayaan Islam bahwa manusia hidup untuk menjadi khalifah yang memelihara bumi, kepercayaan Yahudi bahwa mereka adalah bangsa pilihan yang mengemban misi menciptakan dunia yang lebih baik secara moral dan spiritual.
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 751 responden dari lima negara berbeda (Jepang, Korea, Thailand, Selandia Baru, dan Australia), ditanyakan sebuah pertanyaan terbuka: apakah yang dianggap pertanyaan pokok dan abadi bagi umat manusia? 60 persen responden menyebutkan “makna dan tujuan hidup”, 54 persen menyebutkan “penderitaan”, 38 persen menyebut “ketidakadilan” (Yinger, The Scientific Study of Religion).
Dimensi ritual adalah tata cara ibadah pada setiap agama. Dalam Islam, mengucap syahadat, melaksanakan shalat, puasa, zakat, atau ziarah haji merupakan dimensi ritual terpenting; dalam Kristen ada ritual pembaptisan, pengakuan dosa, atau perayaan natal; dalam Hinduisme terdapat ritual Ngaben, yaitu kremasi atau pembakaran jenazah manusia yang meninggal.
Dimensi eksperensial merupakan pengalaman dan perasaan manusia dalam menjalani agama. Mungkin ada seorang muslim yang menjalankan shalat (dimensi ritual), tetapi dia tidak merasakan kekhusyukan dan rasa dekat kepada Allah (dimensi eksperensial).
Kebanyakan agama-agama di Timur seperti Hindu atau Buddha menekankan dimensi ini. Praktik Yoga dalam Hinduisme yang telah menjadi “olahbatin” populer pada masa kini bertujuan untuk menciptakan pengalaman ketenangan-batin.
Dimensi intelektual merupakan pengetahuan agama yang dihimpun dalam sebuah kurikulum untuk tujuan pendidikan agama. Ilmu Akidah, Fiqih, Akhlak, dan Tarikh membentuk kurikulum pendidikan Islam; Perjanjian Baru menghimpun pengetahuan tentang Kristus dan para Rasulnya.
Kebenaran pengetahuan agama yang diajarkan dalam lembaga pendidikan agama manapun merupakan konvensi mayoritas. Winner takes all. Buku-buku fiqih yang ditulis di madrasah-madrasah Indonesia adalah fiqih madzhab Syafi’i karena madzhab tersebut merupakan anutan mayoritas di Indonesia. Tetapi di Arab Saudi, fiqih madzhab Hambali lebih dominan dan di Iran, fiqih Syi’ah Ja’fari dijadikan pedoman, sesuai dengan madzhab penduduknya.
Dimensi konsekuensial merupakan akibat ajaran agama terhadap perubahan perilaku. Akibat atau efek ajaran agama boleh jadi negatif. Contohnya, Imam Samudra yang memahami konsep jihad Islam secara salah berakibat pada perbuatan biadabnya melakukan pengeboman terhadap orang-orang yang tidak bersalah; Pendeta Jim Jones mendorong hampir seribu pengikutnya untuk menenggak racun atas dasar pengetahuannya bahwa “kiamat sudah dekat”.
Namun, ajaran agama juga banyak menumbuhkan kesalehan pada diri pemeluknya. Seorang pemilik toko handphone dan gadget yang sukses di Condet Jakarta kerap membagi-bagikan makanan gratis untuk orang-orang yang membutuhkan, karena menurutnya, keberkahan harta terletak pada kesediaan untuk bersedekah dan berbagi.
Agama dapat dimaknai dan dijalankan secara berbeda-beda oleh setiap penganutnya. Untuk itu, kita mesti memahami ajaran agama yang benar (setidaknya, dengan mengikuti arus mayoritas) agar terhindar dari melakukan kekeliruan dan kesesatan.
Namun, ruang untuk berfikir kritis dalam beragama tetap terbuka karena agama merupakan hak asasi manusia yang dalam Al-Qur’an disebutkan dengan istilah “Tidak ada paksaan dalam agama” (QS. Al-Baqoroh: 256). Allah justru menghendaki agar kita tidak semata-mata “ikut-ikutan” melainkan juga merenungkan dan memikirkan makna dari ajaran-ajaran agama, agar kita bukan hanya “berada” dalam agama tetapi juga “mengalami” agama (experience religion) yang pada akhirnya memberikan dampak atau konsekuensi positif dalam kehidupan kita.
Kelas Digital MisterArie adalah website belajar online terbaik dan terpercaya dalam menyediakan bagi kalian referensi, pengayaan dan bimbingan belajar.