Apa Itu Asbabun Nuzul?

asbabun nuzul

Daftar Isi

Sebuah Cerita

Di sebuah warung kopi, di pinggir jalan kecil, dua orang tua tengah membaca Al-Quran digital di HP. Mereka sedang gemar belajar agama seperti banyak orang di Jakarta saat ini.

Tatkala sampai pada surat Al-Maidah [5]: 93 berikut,

لَيْسَ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جُنَاحٌ فِيْمَا طَعِمُوْٓا اِذَا مَا اتَّقَوْا وَّاٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ثُمَّ اتَّقَوْا وَّاٰمَنُوْا ثُمَّ اتَّقَوْا وَّاَحْسَنُوْا ۗوَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ

“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh menyangkut sesuatu yang telah mereka makan, apabila mereka bertakwa dan beriman, serta mengerjakan amal-amal saleh, kemudian mereka (tetap) bertakwa dan beriman, selanjutnya mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

maka, si pembaca pun berhenti. Sejenak ia merenung lalu berkata kepada kawannya: 

“Coba, kamu dengar. Pada ayat ini Allah mengatakan ‘tidak ada dosa bagi orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh atas apa yang mereka makan selama mereka bertakwa, beriman, dan beramal saleh’. Bukankah ini berarti kita boleh makan apapun walaupun haram? Tidak ada dosa bagi kita.

“Benar juga!” kata kawannya, dengan nada ragu-ragu. “Tetapi masak, sih, seperti itu? Bukankah telah jelas bahwa semua yang memabukkan itu haram, daging babi haram, dan darah juga haram… Bagaimana, ya, memahami ayat ini?

Tiba-tiba, si pelayan di warung kopi itu ikut “nimbrung” berbicara sembari tersenyum. Dulu, ia pernah menjadi santri di sebuah pondok pesantren. “Sebetulnya, bukan begitu maksud ayatnya, bapak-bapak… Untuk memahami maksud ayat ini dengan benar, kita wajib mengetahui Asbabun Nuzulnya”, katanya.

Asbabun Nuzul??” ucap penasaran salah seorang dari mereka. “Apa itu Asbabun Nuzul??”

Apa Itu Asbabun Nuzul

Secara harfiah berarti “Sebab-Sebab historis turunnya (ayat Al-Qur’an), asbabun nuzul merupakan salah satu cabang ilmu-ilmu Qur’an (Ulumul Qur’an) yang kita butuhkan agar tidak keliru (seperti dalam cerita di atas) dalam memahami maksud ayat Al-Qur’an. Sebagian ulama mengatakan, asbabun nuzul adalah:

Peristiwa-peristiwa (kejadian atau pertanyaan manusia) yang terjadi pada masa turunnya ayat Al-Qur’an, baik sebelum ayat itu turun ataupun sesudahnya, di mana ayat tersebut berkaitan atau dapat dikaitkan dengan peristiwa itu (Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 235)

Contoh Asbabun Nuzul

Sabab nuzul (bentuk singular dari asbab nuzul) dari ayat pada cerita di atas sebuah peristiwa ketika turun ayat yang mengharamkan minuman keras. Sebagian sahabat nabi saw. bertanya kepada nabi: “Bagaimana nasib mereka (orang-orang mukmin) yang telah wafat padahal tadinya mereka gemar meminum minuman keras?

Nah, ayat surat Al-Maidah [5] ayat 93 di atas merupakan penjelasan bahwa Allah tidak meminta pertanggung-jawaban mereka yang telah wafat itu. 

Keumuman Lafaz Lebih Penting

Berdasarkan sabab nuzul di atas, maka kita dapat menarik sebuah lafaz umum, kira-kira: “Bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yang telah meninggal dunia sebelum larangan minuman keras diturunkantidak ada dosa bagi mereka terkait dengan apa yang telah mereka makan, selama mereka tetap bertaqwa, beriman, dan beramal saleh.”

Lafaz umum ini menjadi pedoman yang dapat kita gunakan jika menjumpai kasus serupa. Misalnya, di sebuah kampung pedalaman, kita berdakwah mengajak penduduknya masuk Islam. Pada masa-masa awal berdakwah, kita baru memperkenalkan keesaan Allah dan praktik beribadah, belum sampai pada ajaran tentang larangan minuman keras. Tetapi kemudian ada di antara penduduk tersebut yang meninggal padahal dahulunya mereka suka minum minuman keras. Nah, kita dapat menyikapi situasi baru ini berdasarkan lafaz umum yang telah kita pahami sebelumnya dari ayat di atas.

Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, memang dikenal luas kaidah yang menyatakan:

اَلْعِبْرَةُ بِعُمُمِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوْصِ السَّبَبِ

Arti bebasnya, “patokan dalam memahami makna ayat adalah lafaznya yang bersifat umum, bukan sebabnya yang khusus“.

Jumlah Ayat-Ayat Yang Memiliki Sabab Nuzul

Berdasarkan contoh ayat di atas, kita dapat memahami pentingnya wawasan tentang asbabun nuzul dalam memahami Al-Qur’an. Tanpanya, pemahaman terhadap Al-Qur’an bisa saja keliru.

Namun, pada kenyataannya, asbabun nuzul yang kita terima dari para sahabat nabi hanya sedikit. Dalam Surat Al-Baqoroh yang terdiri dari 286 ayat hanya terdapat sekitar 70 ayat yang memiliki asbabun nuzul. Selain itu, dalam kitab Asbanun Nuzul susunan Al-Wahidi pun hanya terdapat 511 ayat yang memiliki asbabun nuzul, padahal jumlah keseluruhan ayat Al-Quran mencapai 6.236 ayat, tidak sampai sembilan persen.

Oleh karena itu, untuk memahami Al-Qur’an dengan benar tentu saja kita membutuhkan lebih banyak ilmu-ilmu lain selain Asbabun Nuzul, seperti Bahasa Arab, Wujuh dan Nazhoir, Ilmu Majaz, Ilmu Ushul Fiqh, Muhkam dan Mutasyabbih, Ilmu Ta’wil, Taqdim, dan Ta’khir, Ilmu Munasabah dan Siyaq, Amtsal Al-Qur’an, Ilmu Nasikh dan Mansukh, Ilmu Khithobat Al-Qur’an, dan Wawasan Kisah-Kisah Al-Qur’an.

Asbabun Nuzul Bukan Sebab Turun

Terakhir, penting untuk kita pahami bahwa Al-Qur’an adalah Kalam Allah, sehingga tidak terpisahkan dari Allah, baik kesuciannya maupun kekekalannya. Para ulama sepakat bahwa Al-Qur’an itu bersifat Qodim atau “tidak didahului oleh sesuatu”. Lalu, bagaimana mungkin sebuah peristiwa bisa menjadi sebab (mendahului) turunnya suatu ayat Al-Qur’an? Bukankah ini terdengar seperti bertentangan dengan prinsip ke-Qodim-an Al-Qur’an?

Oleh karena itu, para ulama berusaha menghindari penggunaan kata “sebab” dalam pengertian asbabun nuzul, dan lebih cenderung memakai istilah “berkaitan” atau “dapat dikaitkan” (lihat pengertian asbabun nuzul di atas).

Pada kenyataannya, Al-Qur’an melampaui ruang dan waktu. Ia tidak terikat sejarah (Qodim) tetapi dapat terlibat untuk menciptakan sejarah, berinteraksi dengan manusia, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka (seperti pertanyaan tentang ruh dalam QS. Al-Isra’ ayat 85), dan sebagainya. Karena Al-Qur’an adalah Kalam Allah dan Allah “berada” di atas ruang dan waktu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie