لَا تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْرًا فَإنَّ الْبَيْتَ الَّذى تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ لَا يَدْخُلُهُ الشَّيْطَانُ
Topik utama dalam QS. Al-Baqoroh adalah tentang Bani Israil. Kaum Muslim diharapkan agar tidak durhaka kepada Allah seperti yang dilakukan oleh Bani Israil.
Selain itu, topik penting lainnya yang terkandung dalam QS. Al-Baqoroh adalah tentang perjanjian antara Allah dan Bani Israil. Perjanjian itu disebut “Mitsaq” . Di dalam Al-Kitab Nasrani, perjanjian ini disebut “Perjanjian Lama” (Old Testament). Bagaimanakah bunyi perjanjian Allah dan Bani Israil? QS. Al-Baqoroh Ayat 83-86 merekam perjanjian ini.
Surat Al-Baqoroh ayat 216 memberikan pesan moral tentang ketaatan pada perintah Allah. Bacalah ayat tentang perang berikut ini.
Ayat di atas menunjukkan kasih sayang Allah kepada kita. Allah memang menginginkan kita menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhkan diri dari larangan-Nya. Tetapi semua perintah dan larangan itu adalah demi kebaikan diri kita, bukan perintah yang tanpa arti.
Ayat di atas bercerita tentang perintah untuk mengangkat senjata melawan orang-orang kafir. Kala itu, pada abad ke-7, kaum muslimin hidup dalam situasi “berperang atau diperangi”, sehingga keengganan untuk berperang justru dapat membinasakan agama Islam untuk selama-lamanya. Keadaan tersebut mirip dengan keadaan bangsa Indonesia yang hidup di depan moncong senjata penjajah Belanda sejak abad ke-19. Tanpa perjuangan untuk melawan maka tak akan pernah ada kemerdekaan seperti sekarang ini.
Dalam hidup ini, terkadang kita menghadapi ujian berat dan cobaan yang seakan tak sanggup kita pikul. Tetapi, percayalah bahwa “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali orang itu pasti mampu memikulnya” (QS. Al-Baqoroh: 286). Mungkin kita tidak menyukai sesuatu padahal sebenarnya, menurut Allah, itu adalah baik untuk kita.
Sebuah kata hikmah berbunyi:
مَنْ عَرَفَ اللهَ أَزَالَ التُهْمَةَ وَ قَالَ كُلُّ فِعْلِهِ بِالْحِكْمَةِ
Siapa yang mengenal Allah, tidak akan menuduh Allah. Dan berkata: “Segala perbuatan-Nya pasti ada hikmahnya.”