Di Negeri Iraq, hiduplah seorang lelaki bernama Said. Rumahnya kecil, terbuat dari tumpukan batu yang direkat dengan lumpur coklat sungai Eufrat.
Pekerjaan Said sehari-hari adalah menjual kayu bakar. Setiap hari ia menerobos hutan dan menebang batang-batang pohon dengan sebuah kapak setengah tumpul yang terbuat dari besi. Lalu, pada sore harinya, potongan-potongan kayu itu ia jual ke pasar dengan harga yang sangat murah.
Walaupun miskin, Said adalah seorang pemuda yang jujur. Ia selalu berkata benar dan tidak pernah berbohong. Said selalu teringat pada gurunya yang selalu berkata:
Pada suatu hari, Said kembali dari hutan tanpa membawa kapaknya. Ia meninggalkannya karena lupa. Akhirnya, ia pun kembali untuk mengambil alatnya yang paling berharga itu.
Sesampainya di hutan, Said tidak menemukan kapaknya. Ia sudah menyusuri satu per satu pohon-pohon yang ia tebang pada hari itu akan tetapi ia tetap tidak dapat menemukan kapaknya.
Matahari sudah mulai terbenam ketika ia kembali ke hutan tadi. Oleh karena itu, sekarang ia hampir tidak dapat melihat pohon-pohon dan jalanan karena semuanya mulai menjadi gelap. Maka, ia pun terpaksa pulang dengan tangan hampa.
Selama perjalanan pulang, Said masih terus memikirkan kapaknya. Ia membayangkan bagaimana besok ia akan mendapatkan uang tanpa kapaknya.
Sebelum ia tiba di rumahnya, tiba-tiba datang seorang asing menghampirinya. Rambutnya hitam pekat dan bajunya pun putih bersih. Ia bukan orang dari desa ini—karena ia begitu mengenal setiap orang di desanya—tetapi ia juga tidak tampak seperti seorang yang baru tiba dari perjalanan jauh.
Tiba-tiba, orang asing itu bertanya kepada Said. “Anak muda, apakah kamu kehilangan sebuah kapak?”
“Benar”, kata Said. Ia berfikir mungkin orang asing ini menemukan kapaknya.
Lalu, orang itu pun membuka tasnya dan ia mengeluarkan sebuah kapak yang tampak berkilauan. Walaupun gelap tetapi kilauan itu memberitahunya bahwa itu adalah sebuah kapak emas.
“Bukan. Itu bukan kapakku”, kata Said.
“Kamu yakin ini bukan kapakmu?” tanya orang asing itu sekali lagi.
“Ya. Itu bukan kapakku”, tegas Said.
Kemudian, lelaki asing itu mengembalikan kapak emas tadi ke dalam tas lalu mengambil kapak lainnya. Kali ini warnanya tidak mengkilap tetapi ia dapat melihat bentuk kapak itu dengan jelas sehingga ia yakin bahwa itu adalah kapak perak.
“Mungkin inikah kapakmu?”, tanya lelaki asing tadi.
“Bukan, ini juga bukan kapakku”, jawab Said.
“Apakah kamu yakin ini bukan kapakmu?”, tanya orang asing itu sekali lagi.
“Ya, itu bukan kapakku”, jawab Said.
“Kapakku terbuat dari besi dan sudah sangat jelek, tuan”, jelas Said.
Akhirnya, lelaki asing tadi pun mengeluarkan kapak lainnya.
“Apakah yang ini kapakmu?” tanya orang asing itu.
“Iya, betul sekali ini kapakku!”, jawab Said.
Said langsung mengenali kapaknya karena benda itu sudah lebih dari sepuluh tahun membantunya menebang batang-batang pohon untuk dijual di pasar.
Said ingat betul bagaimana bentuk kapaknya, bahkan ia juga mengetahui letak setiap gompal pada kapaknya. Sehingga, tentu saja ia dapat mengenali kapaknya walaupun dengan mata terpejam.
Lalu, orang asing itu pun menyerahkan kapak besi itu kepada Said. Ia tersenyum kepadanya seraya berkata: “Said, kamu orang jujur.”
Said terpaku sebentar sembari menatap orang itu.
“Karena kamu sudah berkata jujur, maka ambillah kedua kapak ini”, ucap orang asing tadi. Lalu, Said menerima kedua kapak berharga itu.
Dengan beberapa butir kelereng emas saja ia dapat membeli sebuah rumah mewah, dan kini tangannya menggenggam sebuah kapak emas yang bernilai ratusan puluhan kelereng menjadi satu.
Lalu, setelah mengucap salam, orang asing itu pun pergi meninggalkan Said yang terus menatap kapak-kapak di tangannya seakan tidak percaya bahwa sekarang ia memiliki harta yang sangat banyak.
Kemudian, Said pun membawa ketiga kapak itu ke dalam rumahnya.
Said merasa sangat gembira karena kapaknya telah kembali dan, terlebih lagi, ia juga senang karena mendapatkan dua buah kapak, emas dan perak yang sekarang telah membuatnya kaya.
Entahlah apa yang terjadi jika tadi Said berbohong dan mengaku-ngaku bahwa kapak emas atau kapak perak itu adalah miliknya, mungkin saja sekarang ia tidak akan memperoleh apapun.
Akan tetapi, itu tidak mungkin terjadi. Karena Said akan selalu berkata jujur. Kata-kata gurunya akan selalu teringat di kepalanya,
Betapa sedikit orang di dunia ini yang hidup jujur seperti Said. Kebanyakan orang hidup hanya memperhatikan apakah ia akan untung atau rugi. Sehingga, untuk mendapatkan keuntungan di dunia ini, tidak sedikit orang yang tega membohongi orang lain.
Marilah kita hidup seperti Said, yaitu hidup berdasarkan kejujuran. Bayangkanlah, jika semua orang melakukan hal yang sama, maka tentu saja kita dapat membangun dunia ini menjadi lebih baik.
Kejujuran dan moral yang baik adalah hal terpenting yang dibutuhkan oleh dunia pada hari ini. Kejujuran dan moral yang baik adalah salah satu dari keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang pada abad ini.
@ 2022 MisterArie. All right reserved.