Dewa-Dewa Yunani Kuno

ilustrasi dewa-dewa Yunani Kuno

Dewa-Dewa Kuno Pada Masa Kini

Cerita tentang dewa-dewa Yunani kuno tidak pernah usang dimakan waktu. Walaupun kini kita menganggapnya tak lebih seperti Legenda manusia komodo di Nusa Tenggara Timur yang jelas-jelas tidak nyata, namun sel-sel kita yang haus akan cerita selalu senang mendengarnya.

Oleh karena itu, Hollywood juga kerap mengangkat legenda Yunani ini seperti pada film Clash of Titans (2010), Percy Jackson (2010), Wrath of the Titans (2012), Hercules (2014), Wonder Woman (2017), dan banyak lagi.

Namun, perlu untuk kita ketahui bahwa tujuan Hollywood mengangkat tema dewa-dewa Yunani Kuno adalah untuk memasarkan—dengan sangat cantik—Ide “kebebasan manusia” dari Tuhan. Hal ini tentu saja bertentangan dengan tujuan luhur agama yang justru meminta manusia untuk tunduk dan taat kepada Tuhan.

Menyikapi Legenda Dewa-Dewa Kuno?

Karena memahami hal tersebut, sebagian  orang—baik yang berorientasi agama maupun yang berorientasi sains—bersikap tegas menolaknya dalam bentuk apapun.

Akan tetapi, sebagian lainnya menganggapnya tak lebih dari legenda yang menghibur dengan tetap bersikap mawas diri. Legenda dewa-dewa tersebut, seperti disebutkan ahli mitologi Joseph Cambell (1904-1987), telah kehilangan unsur agamanya dan mengalami demitologisasi (terlucutnya nilai-nilai agama).

Oleh sebab itu, kini kita tidak perlu kuatir pada legenda semacam ini. Seperti kini ondel-ondel (di mana dahulu kala, benda ini pernah dijadikan penangkal jin) dan nama-nama hari (di mana, nama-nama hari mencerminkan praktik penyembahan dewa-dewa pagan di Romawi) telah menjadi bagian dari kebudayaan kita, maka demikianlah legenda dewa-dewa Yunani boleh saja menjadi hiburan dan obrolan ringan.

Bahkan, sebetulnya, apabila kita ingin menentang legenda ini atau menentang propaganda “kebebasan manusia” Hollywood pun sebetulnya terlebih dahulu perlu mengetahui legenda ini.

Lalu, sebenarnya, bagaimanakah Legenda Dewa-Dewa Yunani Kuno itu? Yuk, kita ikuti ceritanya!

Legenda Yunani Kuno

Chaos: Asal Mula Kehidupan

Menurut mitologi Yunani, sebelum adanya alam semesta, hiduplah seorang dewa bernama Chaos.  Sang dewa bukan hanya kesepian, tapi juga tenggelam dalam kegelapan yang panjang dan tak berujung. Tak ada cahaya sedikitpun di sekelilingnya.

Oleh karena itu, kemudian, Chaos menciptakan dunia (alam semesta). Ia mulai dengan menciptakan ibu bumi yang cantik jelita, dewi Gaia—yang kelak tetumbuhan dan manusia hidup darinya. Lalu, ia juga menciptakan dewa-dewi lainnya.

Selain itu, Chaos juga menciptakan sebuah lembah mengerikan bernama Tartarus, sebuah tempat pembuangan yang sangat mengerikan yang dijaga oleh seorang penjaga bernama  Kampe.

Chaos dan Gaia: Personifikasi Langit dan Bumi

Setelah alam semesta tercipta, Dewi Gaia pun meneruskan tugas Chaos memelihara Dunia. Sang dewi melahirkan Dewi Agape, dewi kasih sayang. Dengan kasih sayang itulah sang dewi menciptakan langit, gunung, dan lautan.

Jika Gaia berkuasa di bumi, di atas awan hiduplah dewa lain bernama Uranus. Pada akhirnya, langit bersatu dengan bumi. Dewa Uranus menikahi Gaia lalu lahirlah dua belas titan, mereka adalah Okeanos, Hiperion, Koios, Kronus, Krios, Iapetos (enam laki-laki), Mnemosine, Tethis, Theia, Foibe, Rhea, dan Themis (enam perempuan).

Okeanus adalah Titan yang paling terkenal. Keturunannya adalah seluruh sungai di bumi. Sementara Hiperion dan istrinya, Theia, melahirkan matahari, fajar, dan bulan yang indah. Sedangkan Kronus adalah titan yang terampil dan berbakat, akan tetapi dia ambisius.

Uranus dan Kronus: Lahirnya Kejahatan

Pada suatu saat, Uranus merasa tindak tanduk para Titan sudah kelewatan, karena itu ia membuat keputusan: para titan harus  diseret ke dalam Tartarus yang gelap gulita. Sepintas ia menang atas keturunannya itu, tapi sebetulnya tidak. Tanpa sadar ia sedang menanam bom waktu yang akan menghancurkan dirinya sendiri.

Di  dalam Tartarus yang mengerikan, Kronus—sang titan ambisius—menyusun rencana untuk menantang ayahnya, Uranus. Saat waktunya tiba, ia pun berhasil mengalahkan ayahnya. Kronus mengalahkan ayahnya, Uranus, dengan bantuan ibunya sendiri, Gaia yang merupakan istri Uranus.

Setelah Uranus mati, Kronus pun naik tahta sebagai raja alam semesta. Akan tetapi, di penghujung ajalnya Uranus sempat melemparkan kutukan: “Kelak kamu akan hancur juga oleh anak-anakmu sendiri!” Glegar! Langit pun bergemuruh…

Tragedi Para Titan

Setelah Uranus tewas, Kronus membebaskan seluruh titan yang dibelenggu di dalam Tartarus, kecuali satu raksasa bertangan seratus. Ia merasa khawatir sang raksasa dapat membahayakan dirinya.

Pada umumnya semua titan tunduk kepada Kronus, akan tetapi Okeanus menolak untuk setia. Sang titan mengasingkan diri ke sudut dunia.

Kemudian, Kronus menikahi saudarinya, Rhea, yang kemudian melahirkan Hestia, Demeter, Hera, Hades, dan Poseidon.

Dari waktu ke waktu, Kronus memikirkan kutukan yang dilontarkan Uranus. Ia pun diliputi rasa cemas bahwa nanti anak-anaknya akan menggulingkan dirinya dari tahta.

Akhirnya, Kronus pun gelap mata. Lalu, ia menangkap anak-anaknya dan menelan mereka ke dalam perutnya.

Zeus: Lahirnya Dewa Petir

Para titan merasa takut ketika melihat perbuatan Kronus akan tetapi yang paling takut tentu saja Rhea—istrinya. Apalagi kala itu Rhea memiliki seorang anak. Ia cemas dan takut apabila Kronus akan melahap putranya.

Oleh karena itu, Rhea pun mengelabui suaminya. Ketika sang suami ingin melahap putranya, Rhea telah membungkus sebongkah batu dengan kain lalu mengatakan kepada Kronus bahwa putranya berada dalam bungkusan itu.

Tanpa pikir panjang Kronus pun menelan bungkusan itu di hadapan Rhea. Sementara itu, putranya telah ia amankan di sebuah gunung di Pulau Kreta. Di pulau itulah, Zeus, sang putra, dibesarkan oleh seekor kambing bernama Amalthea. Sampai di sini, kita pasti mulai teringat alur cerita dalam film Percy Jackson.

Pertempuran Para Titan: Titanomakhia, Clash of Titans

Setelah dewasa, Zeus pun turun gunung. Ia bukan lagi seorang anak yang tak berdaya, kini, ia adalah dewa sakti yang akan kembali untuk menghadapi Kronus, ayahnya.

Akan tetapi sekarang, yang Zeus hadapi bukan hanya ayahnya melainkan juga para titan yang menjadi pengawal ayahnya.

Oleh karena itu, Zeus membutuhkan sekutu. Ketika pertarungan antara dirinya dan ayahnya terjadi, dengan kesaktiannya ia mengeluarkan semua saudaranya dari perut ayahnya. Mereka pun bertempur dengan para titan penjaga.

Kemudian, Zeus menyerang Tortorus. Kampe tewas dalam pertempuran ini dan Zeus membebaskan semua tahanan politik di neraka ini, termasuk para Kiklops dan para raksasa.

Sebenarnya, para Kiklops masih terhitung sebagai pamannya Zeus. Mereka adalah anak-anak Uranus. Mereka mempunyai satu mata yang cukup mengerikan—karena itulah Uranus memasukkan mereka ke dalam Tortorus.

Akan tetapi para Kiklops adalah pandai besi yang tiada banding. Sebagai rasa terima kasih, para kiklops membuat tiga senjata terbaik: petir untuk Zeus, trisula untuk Poseidon, dan helm gaib untuk Hades.

Di tengah suasana perang ini, Karena sesuatu sebab, Hera menikah dengan Zeus. Lalu, lahirlah dewa perang, Ares, dewa pandai besi, Hebe dan Hefaistos serta dewa lainnya, Illithyia dan Eris.

Di sisi lain, Zeus juga mempunyai anak dari beberapa istrinya yang lain, di antara mereka adalah Bacus, yang dikenal sebagai Dionisos, dewa anggur.

Lalu, di kemudian hari terjadilah percekcokan politik antara titan-titan ini. Hera menentang Zeus yang berniat menjadikan Dionisos sebagai penggantinya.

Sang istri membenci Dionisos karena ibunya adalah manusia. Lalu, ia pun berkoalisi dengan para titan di gunung Olimpus dan membuat makar yang membahayakan.

Hera menggunakan para titan untuk menyerang Dionisos. Mereka mengoyak-ngoyak dan mencabik-cabik tubuhnya.

Segera setelah mendengar kabar pemberontakan ini, Zeus murka. Ia pun mengumumkan perang terhadap para titan. Para raksasa, kiklops, dan Hekatonkhire—makhluk lainnya—berbaris di belakang Zeus untuk melawan para titan.

Peperangan ini memakan waktu sangat panjang. Sepuluh tahun kemudian, barulah para titan takluk di bawah kaki Zeus. Mereka dibuang ke dalam Tortorus. Atlas, putra Iapetos—salah seorang titan, dihukum dengan memanggul Ouranos (langit) di pundaknya.

Sekarang, kita mengenal Atlas sebagai patung yang memanggul bola dunia (globe), dan namanya, Atlas, menjadi judul buku kumpulan peta dunia. Akan tetapi, tak banyak orang yang mengetahui bahwa bola dunia yang dipanggulnya adalah sebuah hukuman.

Setelah menang melawan para Titan, Zeus mengundi pembagian kekuasaan bersama saudara-saudaranya, Hades (putra sulung Kronus) dan Poseidon. Hasilnya: Zeus memperoleh langit, Poseidon laut, dan Hades dunia bawah (alam roh).

Inilah legenda dewa-dewa Yunani. Seperti telah dikemukakan di awal, legenda ini mestinya hanya merupakan suatu hiburan saja. Legenda ini—seperti semua legenda lainnya—telah mengalami demitologisasi sehingga cukup aman untuk kita dengarkan.

Akan tetapi, perlulah kita untuk senantiasa bersikap mawas diri, agar diri kita terjaga dari aneka propaganda film Hollywood—yang diselubungkan dalam film-film—yang ingin menjauhkan manusia dari Tuhannya.

Bandingkan dengan: Legenda-Legenda dalam Agama Hindu

Leave a Reply

Your email address will not be published.