Home » Akidah
Akidah Islam (العقيدة الإسلامية) merupakan satu dari lima pelajaran agama Islam. Secara bahasa berarti “ikatan”, aqidah merupakan ajaran-ajaran terpenting yang “mengikat” setiap muslim. Kita harus berpegang pada “ikatan” ini agar selamat. Akidah Islam sering disebut juga “pokok-pokok keimanan” (اركان الإيمان), “dasar-dasar agama” (اصول الدين), atau “teologi Islam”.
Istilah “akidah” atau “ikatan” adalah sebuah perumpamaan. Al-Quran memang mengungkapkan pertolongan Allah (yaitu syari’at Islam) dengan perumpamaan “tali”, seperti dalam QS. Ali Imron: 103
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا
“Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya pada tali Allah”
Maka dari itu, asal kita berpegang teguh kepada akidah Islam, kita akan selamat di akhirat nanti. Oleh karena itu pula, nabi-nabi Allah semuanya diutus untuk mengajarkan akidah Islam kepada umatnya.
Secara garis besar, akidah Islam terdiri dari enam kepercayaan atau keimanan, yaitu:
Keimanan pada enam kepercayaan di atas bertujuan untuk membimbing hidup kita ke jalan yang benar. Sebab, selama ribuan tahun, bahkan sampai hari ini, manusia selalu tergoda untuk menyembah tuhan yang salah: menyembah patung dari cerita dewa-dewi hasil imajinasi seperti yang dilakukan oleh orang-orang Mesir Kuno, Yunani Kuno, atau orang-orang Hindu, atau menyembah manusia suci seperti yang dilakukan oleh pemeluk Kristen.
Oleh karena itu, kepercayaan pada tuhan yang benar, yaitu Allah, adalah yang terpenting dari keenam rukun iman. Kita harus mengenal siapa Allah? Bagaimana sifat-sifat Kebesaran (جلالية) Allah? dan bagaimana sifat-sifat Keindahan (جمالية) Nya? Apa pula yang diinginkan Allah dari kita, ciptaan-Nya?
Namun, mengenal Allah pun belum cukup. Kita perlu beriman juga pada malaikat dan nabi-nabi Allah serta kitab suci yang diturunkan-Nya. Mengapa? Karena Allah tidak berbicara langsung kepada manusia untuk memperkenalkan diri-Nya. Zat Allah terlalu Agung untuk berbicara kepada makhluk ciptaan yang fana.
Dengan Kemaha-Besaran dan Keagungan-Nya, Allah memerintah malaikat untuk membawa “agama”, “syari’at”, “kitab suci” atau petunjuk hidup kepada para nabi, “manusia yang menerima kabar-langit”. Lalu para nabi mengajarkan “kitab suci” Allah ini kepada manusia di masa hidupnya.
Oleh karena itu, keyakinan pada Allah, para malaikat, para nabi, dan pada kitab suci adalah satu paket yang tidak terpisahkan.
Selain kepada enam pokok kepercayaan di atas, pada kelanjutannya, kita juga wajib meyakini hal-hal gaib yang kita dengar (assam’iyyat) dari para nabi, yang tercantum dalam kitab suci. Di antara hal-hal gaib tersebut adalah sebagai berikut:
Siapakah Allah?
Allah adalah Pencipta langit, bumi, dan manusia. Lihatlah ke atas langit, tengoklah ke sekitar kita, bahkan ke dalam diri kita sendiri. Kita semua adalah ciptaan Allah, kita adalah makhluk (مخلوق) dan Allah adalah Pencipta (خالق). Dalam QS. Hud ayat 7 Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Namun, Allah tidak hanya menciptakan kita, Dia bukan hanya Sang Pencipta (الخالق), tetapi juga Pemelihara segala sesuatu (رب). Makhluk hidup tumbuh dengan sempurna, berulang-ulang, tanpa cacat. Anak lahir serupa dengan orang tuanya, binatang lahir mirip dan sejenis dengan induknya, semuanya teratur. Dengan apa yang Allah lakukan ini, kita menyebut Allah sebagai Rabbul Alamin (Pemelihara alam semesta).
Kita wajib bersyukur atas pemeliharaan yang Allah lakukan, setiap hari, dan setiap saat. Oleh karena itu, saat shalat kita selalu membaca:
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Segala puji bagi Allah, Pemelihara (Rabb) alam semesta” (QS. Al-Fatihah: 2)
Akan tetapi, jika kita menengok ke lorong sejarah masa lalu, kita akan menemukan orang-orang pada zaman dahulu juga percaya bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan.
Orang Mesir percaya bahwa dunia ini diciptakan oleh Ra, dewa matahari, orang Babilon percaya dunia ini diciptakan oleh dewa Marduk, dan para penyembah berhala lainnya pun percaya pada Sang Pencipta. Selain itu, orang-orang Arab pada masa Nabi Muhammad juga percaya bahwa yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah. Dan, pada masa kini, jika kita bertanya kepada pemeluk agama Hindu, siapa yang menciptakan dunia, mereka akan menjawab: Brahma Sang Pencipta. Lalu, apa bedanya dengan akidah Islam?
Ada tiga kesalahan para penyembah berhala itu, yaitu:
Keimanan pada Allah dalam akidah Islam adalah keimanan yang benar, karena sumber cerita penciptaan berasal dari Al-Quran, Kitab Suci yang Allah turunkan melalui Malaikat Jibril kepada para nabi dan rasul.
Selain itu, dari ajaran para nabi juga kita diperintahkan untuk mengesakan Allah (توحيد الله). Pencipta dan Pemelihara dunia adalah Allah Yang Esa, tidak ada tuhan lainnya.
Dan, terakhir, akidah Islam mengajarkan kita untuk menjauhi pembuatan patung-patung yang menyerupai binatang atau makhluk hidup, hal ini untuk mencegah terjadinya pemujaan berhala seperti yang selalu terjadi pada masa lalu.
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ
“Sesungguhnya orang yang peling berat siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah al mushowwirun (pembuat patung).” (HR. Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109)
Allah memerintahkan kita untuk menyembah-Nya, karena Dialah Sang Pencipta. Kita wajib membalas kebaikan Allah dengan rasa syukur berupa ketaatan (ketaqwaan) kepada-Nya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
Rukun iman kedua adalah percaya pada malaikat (ملائكة), yaitu asisten Allah yang tercipta dari cahaya.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ ». (رواه مسلم)
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.” (HR Muslim)
Jumlah malaikat sangat banyak, bahkan tak terhingga. Cobalah keluar rumah kalian, dongakkan kepala untuk melihat langit. Sesungguhnya, mulai dari ujung cakrawala hingga ke ujung lainnya yang dapat kalian lihat, lalu terus naik ke atas, dengan kecepatan roket Voyager, melewati masa dua belas tahun untuk mencapai ujung tata surya, lalu melewati masa 1,7 miliar tahun untuk mencapai ujung galaksi Bimasakti, lalu melewati masa 13,4 miliar tahun lagi untuk mencapai bintang MACS J1149+2223, yaitu bintang terjauh yang dapat dilihat teleskop Hubble. Jika bintang terjauh itu masih berada di langit pertama, maka di tambah enam kali langit lagi, barulah kita mencapai ujung alam semesta, yang berhenti di Sidratul Muntaha, tempat Nabi Muhammad bertemu dengan Allah dalam peristiwa Isra’-Mi’raj. Di sepanjang perjalanan itu, di tambah luasnya ke sana-kemari, berterbangan banyak malaikat, berdesak-desakan, semuanya bertasbih memuji Allah. Nabi Muhammad sendiri bercerita:
إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ أَطَّتِ السَّمَاءُ، وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ
“Sesungguhnya aku melihat yang tidak kalian lihat, mendengar yang tidak kalian dengar, langit merintih, dan laik baginya merintih. Tidaklah di sana ada tempat untuk empat jari, melainkan ada malaikat yang meletakkan dahinya seraya bersujud kepada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 2312, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Di antara banyak malaikat, ada beberapa saja yang kita kerap dengar namanya dan tugasnya masing-masing: