misterarie

Meneladani Tiga Rahasia Kesuksesan Pendidikan Rasulullah Terhadap Umatnya

kuttab

Pendidikan Nabi terhadap Bangsa Arab

Pendidikan adalah jantung Islam. Pendidikan adalah cara Islam untuk mengubah Masyarakat yang sakit menjadi sehat. Masyarakat yang sehat indikatornya menyembah Allah, Penciptanya, yang melimpahkan segala nikmat. 

Pada masa nabi saw. di Arab, pada abad ke-7 Masehi, ajaran Nabi Ibrahim dan Isma’il sudah dilupakan, yang tersisa hanyalah syari’at haji. Itu pun, menyimpang: mereka berhaji sambil telanjang.

Sementara itu, di sisi ka’bah yang mereka muliakan, sebuah patung berbentuk manusia dipasang, terbuat dari batu akik merah, diberinama Hubal. Patung ini dibawa oleh Amr bin Luhay dari Suriah ke Arab. 

Di sekeliling Ka’bah berdiri 360 berhala. Setiap hari orang-orang memujanya, mengais-ngais keberkahan dari patung berhala itu. Keimanan mereka sakit: mereka bukan menyembah Tuhan Sang Pencipta; mereka menyembah benda yang mereka ciptakan sendiri.

Oleh karena itu, karena masyarakat Arab yang sakit ini, maka Allah mengirim seorang pendidik. Yaitu Nabi Muhammad Saw. Dengan tegas beliau nyatakan bahwa misi beliau adalah untuk mendidik umat.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ ٢

Artinya: Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Jumu’ah: 2)

Nabi Muhammad adalah pendidik yang berhasil. Ketika beliau wafat, dari Yaman di laut Arab sampai Aqobah, ujung laut merah, tak ada lagi berhala yang dapat berdiri tegak. Penduduk Arab tunduk kepadanya. Orang-orang Arab yang keras bersedia menjadi pengikutnya. Lalu, pertanyaannya bagi kita yang hidup pada masa kini adalah: bagaimana seorang guru seperti Nabi Muhammad bisa berhasil menyampaikan ajarannya dalam waktu yang singkat? Apakah rahasianya?

Soal Pendekatan

Rosulullah, sebelum mendidik orang lain, beliau mendidik keluarga beliau sendiri. Jadi, sebelum mengislamkan satu masyarakat, beliau islamkan keluarganya sendiri terlebih dahulu. Pertama, istrinya, Khodijah beriman, lalu sepupunya, Ali bin Abi Thalib, lalu sahabatnya, Abu Bakar, lalu anak angkatnya, Zaid bin Haritsah, lalu anak-anaknya, dan seterusnya. Pendekatannya person to person, door to door.

Adapun kurikulum pendidikan nabi kalau disederhanakan begini: hidup ini ada batasnya. Setelah mati, Kiamat akan terjadi, lalu datang kehidupan abadi. Mau taubat sekarang atau menyesal nanti? Ayat-ayat yang turun di Makkah, pada umumnya, menanamkan kurikulum ini.

Dengan pendekatan personal ini, maka keluarga demi keluarga muslim menjadi kuat keimanannya. Sehingga, di kemudian hari, di Madinah, pernah turun ayat: 

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ٢٤٥

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Dia akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al-Baqarah: 245)

Lalu, seorang sahabat nabi bernama Abu Dahdah merespons ayat tersebut. Ia pun langsung menyumbangkan kebun kurma miliknya untuk Allah. lalu istrinya pun sangat menyambut keputusannya itu. Istrinya tidak menentangnya! Malah memujinya! “Betapa untungnya transaksi ini!”, ujarnya.

Apakah di dunia sekarang ada istri seperti istrinya Abu Dahdah, yang rela kehilangan harta di dunia demi kebahagiaan setelah mati? Bagaimana seorang istri dapat sedemikian beriman? Ini tak lain karena Pendidikan keluarga yang Islami, yang terus mengingatkan: kita bakal mati. Jangan sampai kita terlalu fokus tentang bagaimana cara sukses di dunia tetapi hanya punya porsi sedikit untuk membicarakan bagaimana cara sukses di akhirat.

Kumpulan keluarga yang beriman ini akan membentuk Masyarakat yang beriman. Inilah pendekatan nabi dalam mendidik umatnya, personal, door to door, dari unit terkecil yaitu keluarga. Lalu, bagaimanakah dengan strategi kita? Apakah sama? Sesungguhnya, tak ada satu obat yang ampuh untuk semua penyakit.

Soal Strategi

Rasulullah menggunakan strategi bertahap dalam mendidik. Contoh yang paling sering dikemukakan adalah tahapan dalam melarang minuman keras.

Pada saat rasulullah masih berdakwah di Makkah, khamr (minuman memabukkan) masih dihalalkan, bahkan sampai dua tahun setelah hijrah ke Madinah. 

Pada mulanya, khamr disebut sebagai rizki yang baik.

وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Artinya, “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 67)

Pada tahap yang kedua, khamar mulai dianjurkan untuk dijauhi.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا

Artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakan: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah: 219).

Pada tahap yang ketiga, khamr dibolehkan seperti hukum sebelumnya, tetapi haram diminum saat sebelum shalat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (QS. An-Nisaa’: 43).

Pada tahap yang keempat, yakni pada tahun ketiga setelah hijrah ke Madinah, barulah khamr dilarang secara penuh, yaitu setelah turun ayat berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90)

Dengan strategi penahapan tersebut, maka pendidikan Islam berlangsung lancar pada masa nabi. 

Lalu, pada masa kini, kita pun dapat menggunakan strategi yang sama. Misalnya, seorang ayah berkata kepada putrinya yang masih kelas 1 SD, “Nak, kalau pergi ke sekolah, pakai kerudung ya”. Setelah pulang sekolah, putrinya tersebut masih membuka kerudung saat main di sekitar rumah.

Kemudian, setelah naik kelas 2, dikatakan, “main juga pakai ya nak..” dan seterusnya. Hingga saat kelas 3, barulah dikatakan, “Nak. Tahun depan sudah akil baligh. Mulai sekarang kamu wajib pakai kerudung di hadapan yang bukan mahram ya”. Penahapannya, dari 10 persen, 50 persen, lalu 100 persen.

Soal Sikap

Mendidik itu harus sabar. Orang yang kita didik karakternya berbeda-beda, demikian pula latar belakang sosial, budaya, termasuk pengetahuannya. Maka, kita perlu memahaminya dengan baik.

Kita tentu masih ingat kisah seorang badui yang kencing di pojok masjid nabi. Menyaksikan perbuatan tak-hormat itu para sahabat pun hendak memukulinya, tetapi nabi mencegahnya. 

جاء أعرابِيُّ، فبَالَ في طَائِفَة المَسجد، فَزَجَرَه النَّاسُ، فَنَهَاهُمُ النبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَلمَّا قَضَى بَولَه أَمر النبي صلى الله عليه وسلم بِذَنُوب من ماء، فَأُهرِيقَ عليه». [صحيح] – [متفق عليه]

Artinya: “Seorang Arab Badui datang lalu kencing di salah satu sudut masjid. Maka orang-orang membentak dan berusaha mencegahnya. Lantas Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- melarang mereka. Setelah lelaki itu menyelesaikan kencingnya, beliau pun memerintahkan untuk mengambil satu ember air kemudian disiramkan pada bekas kencingnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Kesabaran nabi tersebut membawa hikmah besar. Pertama, orang itu akan melunak untuk menerima ajaran nabi. Kedua, air kencing orang itu tidak akan menyebar ke mana-mana (bayangkan jika ia dihalau). Ketiga, orang itu terhindar dari sakit karena menahan kencing. Lalu, apakah yang didapat jika para sahabat memukuli orang Arab badui itu? 

Di sinilah pentingnya kesabaran dalam mendidik. Dan dengan contoh tersebut, ditunjukkan bahwa kesabaran merupakan sikap luhur yang lahir dari kebijaksanaan ilmu yang tinggi, pertimbangan yang matang dan baik.

Maka, anggaplah murid-murid kita sebagai orang badui itu. Belum mengerti. Sehingga, kalau mereka salah, kasihanilah ketidak-mengertian mereka. Terkadang, anak-anak itu punya jalan fikirannya sendiri.
Maka, seperti Rasulullah yang mencintai umatnya, hendaknya kita mencintai murid-murid kita.

Demikianlah tiga rahasia keberhasilan Pendidikan Nabi Muhammad Saw terhadap umatnya pada masanya. Barangkali pengetahuan hal ini dapat menambah manfaat bagi kita dalam mendidik putra-putri umat Rasulullah yang dititipkan di bilik-bilik kelas kita.

Kepandaian kita dalam mendiagnosis “penyakit” murid-murid kita, lalu kita berupaya menemukan “obat” yang tepat, hal itu sesungguhnya menentukan keberhasilan upaya pendidikan kita. Selamat Hari Guru Nasional 2023.

Join Komunitas Kelas Digital MisterArie