Kitab Aqidatul Awam

aqidatul awam

Kewajiban Mempelajari Ilmu Tauhid

Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Secara bahasa berarti “ilmu tentang mengesakan”, Ilmu Tauhid memberitahu kita pondasi agama Islam ini: siapa Allah, mengapa kita wajib mematuhi Nabi Muhammad, apa itu akhirat, surga, neraka, dan sebagainya.

Dengan memiliki keyakinan yang benar, maka secara otomatis ibadah kita pun akan menjadi benar. Misalnya, seperti diajarkan dalam ilmu tauhid bahwa “Nabi Muhammad adalah utusan yang wajib dipatuhi dan diterima”, maka sebagai kelanjutannya, kita akan secara tulus berusaha mencintai sang nabi, mengikuti teladannya, mencontoh tata cara ibadahnya.

Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap mukallaf (seorang yang sudah diwajibkan menjalankan syariat agama  karena sudah baligh dan aqil) untuk mengetahui aqidah yang benar beserta dalilnya walaupun secara umum saja.

Adapun mengetahui dalilnya secara rinci, hukumnya adalah fardhu kifayah. Imam an-Nawawi memasukkan perihal sehatnya keyakinan ke dalam 4 pilar dalam agama Islam yang terkumpul dalam satu bait: 

أمورلدين صدق قصد وفا العهد # وترك المنهي كذا صحة العقد 

Beberapa perkara bagi agama itu benarnya tujuan, menepati janji, meninggalkan yang dilarang, begitu juga sehatnya keyakinan.” (Syekh Ibrahim al-Baijuri, Tuhfâtul Murîd Syarh Jauharah at-Tauhîd, Beirut: Dâr el-Kutub al-‘Ilmiyyah, cetakan kedua, 2004, h. 21). 

Syekh Ibrahim al-Baijuri menjelaskan: “Maksud dari benarnya tujuan adalah melaksanakan ibadah dengan niat dan keikhlasan; menepati janji adalah menunaikan kewajiban yang ditetapkan; meningalkan larangan adalah menjauhi perkara yang diharamkan; dan sehatnya keyakinan adalah menetapi aqidah Ahlusunnah wal Jamaah (Syekh Ibrahim al-Baijuri, Tuhfâtul Murîd Syarh Jauharah at-Tauhîd, Beirut: Dâr el-Kutub al-‘Ilmiyyah, cetakan kedua, 2004, h. 21)

Syeikh Al-Marzuqi

Di dunia pesantren, untuk mempelajari ilmu tauhid biasanya digunakan kitab Kifâyatul ‘Awâm, Tuhfatul Murîd Syarh Jauharah at-Tauhîd, al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, Nadham Kharîdah al-Bahiyyah, dan lain-lain. 

Akan tetapi, kitab-kitab tersebut biasanya mulai dipelajari di tingkat aliyah ke atas. Adapun tsanawiyah biasanya menggunakan Mandhûmah ‘Aqîdatul ‘Awâm (atau biasa cukup disebut Aqidatul Awam) beserta syarahnya. Kitab ‘Aqîdatul ‘Awâm dikarang oleh al-Imam al-‘Allâmah Ahmad bin Muhammad Ramadhân bin Manshûr al-Makki al-Marzûki al-Mâliki al-Husaini al-Hasani, salah seorang mufti mazhab Maliki di Makkah. 

Syekh Ahmad al-Marzûqi sendiri lahir di Mesir pada tahun 1205 H. Beliau menuntut ilmu di Makkah, kemudian menjadi pengajar di Masjidil haram dan diangkat menjadi Mufti dalam Mazhab Maliki. 

Sebelumnya, beliau mendatangi Syekh Ibrâhim al-‘Abîdi untuk mempelajari qirâah al-’asyrah. Lalu, di kemudian hari, ia mempunyai murid-murid yang masyhur seperti Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Ahmad ar-Rifâ’i, dan Syekh Ahmad Dahman. 

Syekh Ahmad al-Marzûqi menulis beberapa karangan. Selian Mandhûmah ‘Aqîdatul ‘Awâm, ia juga menulis Tahshîl Naylil Marâm, yaitu kitab syarah dari ‘Aqîdatul ‘Awâm. Kemudian al-Fawâid al-Marzûqiyah, sebuah kitab syarh atas kitab Jurûmiyah. Selain ‘Aqîdatul ‘Awâm, karyanya yang berbentuk nadham (syair) adalah Mandhûmah ‘Ilmi Falak dan Mandhûmah ‘Ishmat al-Anbiyâ’. 

Syekh Ahmad al-Marzûqi wafat di Makkah pada tahun 1281 H dan dimakamkan di Jannatul Mu’alla atau pemakaman Ma’la. 

Kisah Penyusunan Kitab Aqidatul Awam

Proses disusunnya kitab ini sangat menarik. Kisah ini banyak diceritakan ketika mengaji ‘Aqîdatul ‘Awâm di pesantren, dan dapat ditemukan dalam kitab-kitab syarahnya. Salah satu syarah yang memuat kisah ini adalah kitab Jalâul Afhâm Syarh ‘Aqîdatul ‘Awâm karya KH. M. Ihya’ ‘Ulumiddin. 

Dikisahkan Syekh Ahmad al-Marzûqi dalam mimpinya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat berdiri mengelilinginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata, “Bacalah sebuah mandhumah ilmu tauhid, yang mana siapa pun yang menghafalnya, maka ia akan masuk surga dan mendapatkan sesuatu yang ingin dicapainya berupa segala kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits.” 

Syekh Ahmad Al-Marzûqi bertanya, “Syair apa itu wahai Rasulullah?” Para Sahabat pun berkata, “Dengarkanlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka Rasulullah berkata, “Katakanlah, أَبْدُ بِاسْمِ الله وَالرَّحْمنِ, hingga bait وَصُحُفُ الْخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ # فِيْهَا كَلَامُ الْحَكَمِ الْعَلِيْمِ 

Maka Syekh Ahmad Al-Marzûqi mengikuti bait yang diucapkan Rasul seraya Rasulullah mendengarnya, yaitu bait أَبْدُ بِاسْمِ الله وَالرَّحْمنِ hingga وَصُحُفُ الْخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ # فِيْهَا كَلَامُ الْحَكَمِ الْعَلِيْمِ Maka Syekh Ahmad Al-Marzûqi bangun dari tidurnya, beliau pun membaca kembali mandhumah yang didapatkannya dalam mimpi, spontan beliau utuh menghafalnya dari awal bait hingga akhir. 

Dan terjadi lagi kedua kalinya, Syekh Ahmad Al-Marzûqi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mimpinya. Ketika itu mimpi terjadi pada waktu sahur atau sepertiga malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Bacalah apa yang telah kau himpun di dalam hatimu”. 

Syekh al-Marzûqi pun membacanya dari awal hingga akhir di hadapan Rasul, sedangkan para sahabat mengelilinginya seraya mengucap “آمين” di setiap akhir bait mandhumah yang dibaca Syekh al-Marzûqi. Tatkala beliau menyelesaikan bacaannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Semoga Allah memberikan taufik pada sesuatu yang diridhai-Nya, dan menerima madhumah itu, serta memberikan keberkahan kepadamu dan orang-orang yang beriman, juga mereka bisa mengambil manfaat darinya, Amiin”. 

Setelah peristiwa itu, orang-orang kian mengetahui akan mandhumah yang didapat oleh Syekh Ahmad Al-Marzûqi, maka banyak yang menanyakannya. Beliau pun menjawabnya dengan mandhumah yang didapatkan dalam mimpinya, sekaligus menambahkannya dengan bait, 

وَكُلُّ مَا أَتَى بِهِ الرَّسُوْلُ # فَحَقُّهُ التَّسْلِيْمُ وَالْقَبُوْلُ 

Hingga selesai yaitu sampai pada bait,

 أبْيَاتُهَا مَـيْـزٌ بِـعَدِّ الْجُمَّل # تَارِيْخُها لِيْ حَيُّ غُرّ جُمَّلِ سَـمَّـيْـتُـهَا عَـقِـيْدَةَ الْـعَوَام # مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَمَامِ 

(KH. M. Ihya` ‘Ulumuddin, Jalâul Afhâm Syarh ‘Aqîdatul ‘Awâm, Riyâdh, cetakan ke-2, 1425 H). 

Isi Kitab Aqidatul Awam

Mandhûmah ‘Aqîdatul ‘Awâm memuat 57 bait. Dimulai dengan pujian kepada Allah dan Rasululullah serta para sahabat dan keluarga Nabi, kemudian kewajiban mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah yang dua puluh, sifat-sifat mustahil, serta sifat jaiz. 

Setelah itu disebutkan sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi para Rasul dan nama-nama 25 Nabi. Kemudian sifat malaikat secara umum dan nama-nama malaikat yang 10, nama-nama kitab yang 4, kewajiban menerima setiap apa yang disampaikan Rasul, iman kepada hari kiamat, setelah itu nama-nama keluarga Nabi, Isra Mi’raj dan kewajiban shalat, kemudian penutup. 

Banyak para ulama yang menyusun kitab syarah Mandhûmah ‘Aqîdatul ‘Awâm, salah satunya adalah Syekh al-Marzûqi sendiri dengan kitabnya yang bernama Tahshîl Naylil Marâm. Selain itu ada Nurudl Dlalam ‘alâ Mandhûmah ‘Aqîdah al-‘Awâm karya Syekh Nawawi al-Bantani, Jalâul Afhâm Syarh ‘Aqîdatul ‘Awâm karya KH. M. Ihya` ‘Ulumuddin, Tashîl al-Marâm li Dâris ‘Aqîdatil ‘Awâm karya Syekh Ahmad al-Qath’âni, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Aqidatul Awam: Syair Indah Berisi Ajaran Aqidah

Leave a Reply

Your email address will not be published.