Home » Kisah Keimanan Seorang Penggembala
Pada suatu ketika Abdullah bin Umar bersama pelayannya bepergian ke luar kota Madinah. Pada waktu makan, mereka pun berhenti di suatu tempat. Pelayan tersebut menghamparkan alas makan, kemudian mereka duduk bersama untuk menyantap bekal yang mereka bawa.
Pada saat mereka sedang makan, seorang penggembala kambing yang sedang menggembala melewati mereka sembari mengucapkan salam. Setelah menjawab salamnya, Abdullah bin Umar pun menawarinya untuk makan bersama-sama, tetapi ia menjawab, “Aku sedang berpuasa.”
Abdullah bin Umar heran dan bertanya, “Bagaimana engkau berpuasa pada siang hari yang sangat terik ini, lagi pula engkau berada di tengah sahara.
Sang penggembala itu pun menjawab dengan kata-kata “Aku ingin menerima pahala dari hari-hariku yang telah lalu“.
Kata-kata yang diucapkan sang penggembala ini berasal dari informasi Al-Qur’an bahwa tatkala orang-orang yang saleh nanti akan mati dan masuk surga, akan dikatakan kepada mereka bahwa kenikmatan surga merupakan ganjaran dari dari hari-hari ketaatan di dunia yang telah mereka lalui. Kata Allah,
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ الْخَالِيَةِ
“Kepada mereka dikatakan: Makan dan minumlah dengan lezat, disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqqah: 24)
Jawaban sang penggembala tersebut menunjukkan kombinasi yang menakjubkan antara ilmu, iman, dan amal. Penggembala itu dapat membaca Al-Qur’an (ilmu), beriman kepada isinya yang—antara lain—memberitakan adanya surga setelah mati (iman), dan ia tetap melakukan puasa walaupun di tengah padang pasir yang sangat terik karena keimanannya (amal).
Oleh karena itu, Abdullah bin ‘Umar tampaknya penasaran sehingga ia pun mengujinya dengan berkata, “Kami ingin membeli seekor kambing, maka beritahukanlah kepada kami berapa harganya dan terimalah uang dari kami. Setelah kami menyembelihnya, kami akan memberikan engkau dagingnya sehingga bisa bermanfaat pada waktu berbuka puasa“.
Tetapi, penggembala itu menjawab, “ini semua bukan kambing-kambing saya. Saya hanyalah hamba sahaya dan ini kambing tuan saya“.
Serasa belum puas mengujinya, Abdullah bin Umar pun mengujinya lagi, “tuanmu tidak akan mengetahuinya, katakan saja bahwa kambing yang tidak ada itu telah dimakan serigala.“
Penggembala itu melihat ke arah langit dan berkata, “Lalu bagaimana dengan Allah Yang Melihat kita setiap saat?”
Abdullah bin Umar sangat senang dengan jawaban tersebut. Dan ia berkata kepada dirinya sendiri berulang kali dengan penuh kegembiraan perkataan penggembala yang sederhana itu, “Bagaimana dengan Allah Yang menguasai kita setiap saat?”
Setelah peristiwa tersebut Abdullah bin Umar pulang ke Madinah dan menemui pemilik hamba sahaya beserta kambing-kambing itu untuk membeli kambing sekaligus hamba sahayanya dan memerdekakannya. Kemudian, Abdullah bin Umar memberikan kambing-kambing itu kepada hamba sahaya tersebut.
@ 2023 MisterArie. All right reserved.