Home » Tata Cara Sholat Idul Fitri Lengkap
Pada hari raya Idul Fitri, umat Islam disunnahkan (Fardu ‘ain Menurut madzhab Hanafi) untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri. Pelaksanaannya dapat dilakukan di masjid atau di lapangan. Sebagian ulama menyarankan pelaksanaannya di masjid jika tidak sempit, seperti An-Nawawi, namun sebagian lainnya menyarankan di lapangan, seperti ulama Maliki, Hanafi dan Hambali.
Sunnah Sebelum Sholat Idul Fitri
Setelah bangun tidur di pagi hari tanggal 1 Syawwal, sebelum berangkat untuk sholat Idul Fitri, disunnahkan bagi kita untuk makan atau minum terlebih dahulu, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
كانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يغدو يومَ الفِطْرِ حتى يأكلَ تَمَرَاتٍ، ويأكُلُهنَّ وِترًا
Artinya: “Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallama tidak pergi untuk melaksanakan shalat Idul Fitri sampai beliau memakan beberapa butir kurma. Beliau memakannya ganjil” (HR. Bukhori)
Setelah makan atau minum, kita berangkat ke masjid atau lapangan tempat sholat Idul Fitri dilaksanakan. Pada umumnya, di Indonesia, kita melaksanakan sholat pada pagi hari sekitar jam 07.00, namun sebenarnya, waktu sholat Idul Fitri terbentang sejak matahari terbit sampai masuk waktu shalat zhuhur. Disunnahkan bagi kita untuk tidak terlalu berpagi-pagi dalam melaksanakannya untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang yang ingin membayar zakat fitrah.
Baca juga: Panduan Lengkap Zakat Fitrah
Lalu, bagaimanakah cara melaksanakan sholat tersebut? Sebagian kita mungkin lupa karena melakukannya hanya setahun sekali. Oleh karena itu, bacalah artikel ini sampai selesai.
Pertama adalah membaca niat sholat Idul Fitri di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram (mengangkat kedua tangan sambil membaca Alloohu Akbar), dan disunnahkan untuk melafalkan niat sebelumnya agar hati lebih merasa mantap. Berikut lafal niatnya,
أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى
Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
Selanjutnya, setelah takbiratul ihram dan membaca niat, kita membaca doa iftitah / istiftah seperti yang kita biasa baca dalam sholat. Lalu, setelah itu disunnahkan bagi kita untuk melakukan takbir tambahan (takbir zawaid) sebanyak tujuh kali berdasarkan keterangan An-Nawawi berikut,
ثُمَّ يُكَبِّرَ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ سِوَى تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَسِوَى تَكْبِيرَةِ الرُّكُوعِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الْقِيَامِ مِنْ السُّجُودِ وَالْهَوِيِّ إلَى الرُّكُوعِ
“Kemudian bertakbir pada raka’at pertama 7 kali selain takbirotul ihrom dan takbir untuk ruku’, dan pada raka’at kedua bertakbir 5 kali selain takbir bangkit dari sujud dan selain takbir untuk turun ruku'” (An-Nawawi, Al-Majmu’ syarhul muhadzdzab 5/17).
Syafi'iyah
|
Hanafiyah
|
Malikiyah
|
---|---|---|
7 dan 5
|
3 dan 3
|
6 dan 5
|
Beberapa imam madzhab berbeda pendapat soal jumlah takbir zawaid, perbedaan tersebut didasarkan atas perbedaan pengalaman para sahabat nabi. Maka, hendaknya perbedaan semacam itu tidak mengurangi kekhidmatan kita dalam pelaksanaan sholat Idul Fitri karena takbir tersebut hukumnya sunnah sebagaimana sikap Imam Ahmad berikut,
اخْتَلَفَ أَصْحَابُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي التَّكْبِيرِ وَكُلُّهُ جَائِزٌ
“Para sahabat Rasulullah berselisih dalam masalah takbir, dan semuanya boleh” (Ibnu Muflih, Al-Furuu’ wa Tashiihul Furuu’ Jilid 3/230)
Selain itu, agaknya perlu juga untuk dipahami bahwa berdasarkan kesunnahannya, maka apabila kita tertinggal atau terlupa untuk melakukan takbir zawaid, sholat Idul Fitri kita tetap sah.
Adapun di sela-sela tiap takbir, kita dianjurkan untuk membaca dzikir seperti ini,
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Allâhu akbar kabîran, wal ḫamdulillâhi katsîran, wa subḫânallâhi bukratan wa ashîla
Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
selain bacaan dzikir tersebut, kita juga dapat membaca dzikir lainnya seperti,
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subḫânallâhi wal ḫamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
Setelah itu, kita membaca surat Al-Fatihah seperti biasa lalu disunnahkan sesudahnya untuk membaca surat Al-A’la atau surat Qof, sebagaimana kata Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’,
ثم يقرأ بعد التعوذ الفاتحة ثم سورة ق وفى الركعة الثانية بعد الفاتحة اقتربت الساعة وثبت في صحيح مسلم في رواية النعمان بن بشير ان رسول الله صلي الله عليه وسلم ” قرأ في صلاة العيد ايضا بسبح اسم ربك وهل أتاك حديث الغاشية ” فكلاهما سنة والله أعلم
Artinya: “Kemudian ia membaca Surat Qaf setelah (membaca) ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah (pada rakaat pertama); dan ‘Iqtarabatis sā‘ah’ (Surat Al-Qamar) setelah (membaca) Surat Al-Fatihah pada rakaat kedua. Dan tetap pada riwayat An-Nu‘man bin Basyir bahwa Rasulullah SAW pada shalat id membaca ‘Sabbihisma rabbika’ (Surat Al-A‘lā) dan ‘Hal atāka hadītsul ghāsyiyah’ (Surat Al-Ghasyiyah). Keduanya merupakan sunnah. Wallahu a’lam.”
Pilihan Bacaan 1
|
Pilihan Bacaan 2
|
---|---|
Al-A'la dan Al-Ghosyiyah
|
Qof dan Al-Qomar
|
Setelah takbir untuk berdiri (takbirotul qiyam) rakaat kedua, disunnahkan untuk takbir sebanyak lima kali seperti takbir pada rakaat pertama. Di sela-sela takbir tersebut, kita membaca dzikir seperti pada roka’at pertama yang telah disampaikan di atas.
Selanjutnya, kita membaca surat Al-Fatihah dan disunnahkan sesudahnya membaca surat Al-Ghasiyah atau Al-Qomar. selanjutnya kita melakukan ruku’, i’tidal, sujud, dan seterusnya hingga salam seperti sholat kita biasanya.
Selesai salam, dianjurkan bagi kita untuk mendengarkan khutbah terlebih dahulu. Adapun rukun khutbahnya mirip seperti rukun khutbah dalam sholat Jum’at, yakni memuji Allah, membaca shalawat, berwasiat tentang takwa, membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu khutbah, serta mendoakan kaum Muslimin pada khutbah kedua.
Namun, biasanya, pada khutbah pertama Sholat Idul Fitri, khotib disunnahkan untuk memulainya dengan membaca takbir sebanyak sembilan kali, sementara pada khutbah kedua membukanya dengan takbir sebanyak tujuh kali.
@ 2023 MisterArie. All right reserved.