Kerajaan Mataram

peta mataram

Setelah tenggelamnya Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram tumbuh sebagai sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta pada abad ke-16 hingga ke-18. Kerajaan ini terbagi menjadi tiga periode, yaitu Mataram Kuno, Mataram Islam, dan Mataram Baru.

Mataram Kuno

Mataram Kuno didirikan pada abad ke-16 oleh Panembahan Senopati, seorang petinggi di lingkungan Kerajaan Pajang. Pada masa pemerintahan Senopati, Mataram berkembang menjadi sebuah kerajaan yang kuat dan stabil dengan pusat pemerintahan di Kartasura. Namun, pada abad ke-17, kerajaan ini mengalami kemunduran akibat peperangan internal dan ancaman dari luar.

Pada masa Mataram Kuno, terdapat beberapa peristiwa dan tokoh penting yang berperan dalam sejarah kerajaan tersebut. Salah satu tokoh penting pada masa ini adalah Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram yang memperluas wilayah kekuasaannya di sekitar Jawa Tengah dan Yogyakarta. Senopati merupakan tokoh yang cerdas dan tegas, sehingga mampu mempersatukan berbagai suku dan wilayah yang ada di sekitar Jawa Tengah untuk membentuk kerajaan yang kuat.

Peristiwa penting pada masa Mataram Kuno adalah Perang Paregreg. Perang ini terjadi pada tahun 1677 antara Mataram dan Banten, yang saat itu menjadi salah satu kerajaan pesaing yang berusaha merebut wilayah kekuasaan Mataram. Perang ini dimenangkan oleh Mataram, dan berhasil memperkuat kekuasaannya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Selain itu, pada masa Mataram Kuno juga terjadi peristiwa pembangunan kraton baru di Kartasura oleh Sultan Agung, yang kemudian menjadi pusat pemerintahan Mataram. Kraton ini dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa yang megah dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan kerajinan yang berkembang pada saat itu, seperti wayang kulit dan batik.

Secara keseluruhan, masa Mataram Kuno merupakan masa keemasan bagi Kerajaan Mataram, di mana wilayah kekuasaannya berkembang pesat dan tercipta kerajaan yang kuat. Hal ini tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh penting seperti Panembahan Senopati dan Sultan Agung, serta peristiwa-peristiwa penting seperti Perang Paregreg dan pembangunan kraton baru di Kartasura.

Mataram Islam

Pada periode Mataram Islam, kerajaan ini bertransformasi menjadi sebuah kerajaan Islam di bawah pemerintahan Sultan Agung. Ia memperkuat kekuasaan Mataram dan melancarkan ekspedisi militer untuk merebut wilayah-wilayah di luar Jawa. Namun, pada akhir periode ini, Mataram mengalami kemunduran akibat peperangan suksesi di antara pewaris takhta.

Pada masa Mataram Islam, terdapat beberapa peristiwa dan tokoh penting yang berperan dalam sejarah kerajaan tersebut. Salah satu tokoh penting pada masa ini adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja ke-3 dari Kerajaan Mataram, yang memerintah pada tahun 1613 hingga 1645. Sultan Agung adalah penguasa yang kuat dan berwibawa, yang berhasil memperkuat dan memperluas kekuasaan Mataram serta menciptakan sebuah negara Islam yang kuat.

Peristiwa penting pada masa Mataram Islam adalah Perang Jawa, yang terjadi pada tahun 1677 hingga 1679 antara Mataram dan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Perang ini dipicu oleh ambisi Mataram untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah pedalaman Jawa Timur, dan berakhir dengan kekalahan Mataram dan pembunuhan Sultan Amangkurat II. Perang ini menjadi awal dari kemunduran Mataram sebagai kekuatan politik yang kuat.

Selain itu, pada masa Mataram Islam juga terjadi peristiwa membangun kembali istana kraton yang baru di Plered, yaitu keraton Plered II. Istana ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung dan menjadi simbol kekuasaan dan kemewahan kerajaan Mataram.

Secara keseluruhan, masa Mataram Islam merupakan masa kejayaan dan kejatuhan bagi Kerajaan Mataram. Pada masa ini, wilayah kekuasaan Mataram memperluas dan terbentuk sebuah negara Islam yang kuat. Namun, kemudian Mataram mengalami kemunduran akibat peperangan suksesi dan perang dengan VOC. Hal ini tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh penting seperti Sultan Agung, serta peristiwa-peristiwa penting seperti Perang Jawa dan pembangunan kembali istana kraton di Plered.

Mataram baru

Pada periode Mataram Baru, kerajaan ini berusaha untuk bangkit kembali di bawah pemerintahan Pakubuwono II. Ia memindahkan pusat pemerintahan ke Surakarta dan mengembangkan kekuasaannya di sekitar wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Meskipun sempat terjadi perselisihan antara pewaris takhta, Mataram berhasil mempertahankan kekuasaannya hingga akhir abad ke-18.

Pada masa Mataram Baru, terdapat beberapa peristiwa dan tokoh penting yang berperan dalam sejarah kerajaan tersebut. Salah satu tokoh penting pada masa ini adalah Hamengkubuwono I, pendiri Kerajaan Yogyakarta yang berdiri pada tahun 1755. Hamengkubuwono I merupakan pangeran Mataram yang memilih berpisah dari kesultanan Mataram yang kala itu tengah mengalami kehancuran akibat perang saudara dan serangan Belanda.

Peristiwa penting pada masa Mataram Baru adalah Perang Diponegoro, yang terjadi pada tahun 1825 hingga 1830 antara Kerajaan Yogyakarta dan Belanda. Perang ini dipicu oleh ketidakpuasan Diponegoro, putra sulung Sultan Hamengkubuwono III, terhadap kebijakan kolonial Belanda yang membatasi kekuasaan pemerintahannya. Perang ini berakhir dengan kekalahan Diponegoro dan penangkapannya oleh Belanda, serta melemahkan kekuasaan Kerajaan Yogyakarta.

Selain itu, pada masa Mataram Baru juga terjadi peristiwa pembangunan keraton baru oleh Sultan Hamengkubuwono IX, yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Keraton ini dibangun pada tahun 1756 dan menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan Kerajaan Yogyakarta hingga kini.

Secara keseluruhan, masa Mataram Baru merupakan masa di mana Kerajaan Mataram mengalami kemunduran akibat peperangan dengan Belanda dan perpecahan dalam kesultanan Mataram. Namun, pada masa ini terdapat pula tokoh-tokoh penting seperti Hamengkubuwono I dan IX yang berhasil membangun dan mempertahankan keberlangsungan Kerajaan Yogyakarta. Hal ini tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa penting seperti Perang Diponegoro dan pembangunan keraton baru di Yogyakarta.

Kesimpulan

Kerajaan Mataram berakhir pada abad ke-18 akibat peperangan internal dan eksternal, serangan VOC, serta disintegrasi kekuasaan di antara keturunan raja-raja. Pada akhirnya, kerajaan ini terpecah menjadi dua, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta yang keduanya masih eksis hingga sekarang.

Dari sejarah Kerajaan Mataram, kita dapat memetik beberapa pelajaran. Pertama, pentingnya kestabilan politik dan persatuan dalam mempertahankan sebuah kekuasaan. Kedua, pentingnya adaptasi dan integrasi budaya dan agama dalam memperluas dan mempertahankan wilayah kekuasaan. Ketiga, pentingnya diplomasi dan kerjasama dengan negara lain dalam menjaga kedaulatan dan keberlangsungan sebuah kerajaan. Pelajaran-pelajaran ini masih relevan hingga saat ini, terutama dalam menjaga stabilitas politik dan keberlangsungan sebuah negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published.