Home » Kisah Azazil
Setelah menciptakan tujuh lapis langit dan bumi, Allah pun menciptakan jin untuk hidup di bumi. Jin diciptakan dari api (1), sesuai dengan lingkungan bumi pada periode awalnya yang penuh dengan gunung api meletus, udara panas, dan air yang mendidih (2).
Jin adalah makhluk Allah yang akan mengikuti ujian kehidupan (3): Allah akan melihat siapa di antara para jin yang taat kepada Allah dan siapa yang akan bersikap kafir.
Maka, selama masa yang panjang, para jin pun hidup di muka bumi. Mereka membentuk keluarga (4), berniaga satu dengan yang lain, mendirikan kerajaan, dan berperang. Tetapi, seiring waktu berlalu, mereka saling menghancurkan dan menumpahkan darah. Perebutan kekuasaan pun terjadi di dunia jin sehingga peradaban jin pun mendekati kehancuran.
Dalam situasi yang mencekam itu, segolongan jin saleh berusaha menghindar. Mereka memohon kepada Allah agar pindah ke surga, menghindar dari pertumpahan darah di muka bumi dan fokus beribadah bersama para malaikat. Allah pun mengabulkan permintaan mereka. Sebagian jin diangkat ke surga (5).
Di antara imigran jin yang pindah ke surga itu, yang terbaik di antara mereka adalah Azazil. Karena ibadah dan kesalehannya, Azazil menjadi pemimpin golongan jin di surga (6).
Akan tetapi, jabatan tinggi dan kesalehan seringkali menimbulkan rasa sombong. Azazil mulai merasa dirinya adalah makhluk Allah yang terbaik. Perasaan sombong itu pun berkembang menjadi perasaan iri dan dengki tatkala Allah menyampaikan sebuah pengumuman besar.
Allah mengumumkan kepada seluruh penduduk langit: “Aku Akan Menciptakan Seorang Khalifah” di muka bumi (7).
Para malaikat tahu bahwa “Khalifah” itu bukanlah seperti malaikat yang selalu taat; “Khalifah” adalah makhluk seperti jin yang akan mengikuti ujian kehidupan. Maka para malaikat pun bertanya kepada Allah: “Ya Allah, apakah Engkau akan menciptakan makhluk semacam jin yang suka berperang dan menumpahkan darah?” (8) Mengapakah Engkau tidak menciptakan makhluk seperti kami saja, yang senantiasa beribadah dan selalu taat?
Menanggapi pertanyaan malaikat itu, Allah hanya menjawab: “Aku Mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.” Lalu, mendengar titah tersebut, seluruh malaikat pun tunduk dan patuh kepada Allah. Namun, Azazil menolak di dalam hatinya.
Kemudian, Allah pun memerintahkan kepada Malaikat Maut (Izrail) untuk mengambil segumpal tanah dari permukaan bumi untuk menciptakan sang khalifah, manusia pertama, yang bernama Adam.
Setelah menyempurnakan bentuk Adam, Allah pun menghembuskan “ruh” ke dalam jasad Adam sehingga ia langsung bersin (9). Seketika seluruh sel, jaringan, dan organ tubuhnya bekerja. Matanya terbuka dan lisannya pun mengucap “Al-hamdulillah” (segala puji bagi Allah). Para malaikat yang mendengarnya menjawab “yarhamukallah” (Allah menyayangimu).
Adam pun tinggal di surga. Allah mengajarinya “nama-nama“ (10), yaitu aneka pengetahuan dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi, dari sekadar nama-nama hewan dan tumbuhan hingga tentang gerak alam semesta. Dengan kata lain, Adam belajar berbicara dengan bahasa, dan bahasa yang ia gunakan adalah Bahasa Arab (11).
Tatkala Adam sudah hidup, Allah pun memerintahkan kepada seluruh penduduk langit, yaitu para malaikat dan segolongan jin, untuk tunduk kepada Adam. Mereka diminta untuk menyapa kepada Khalifah baru, bukan dari bangsa jin, tapi dari bangsa manusia.
“Bersujudlah kalian kepada Adam (12)“, kata Allah.
Maka bersujudlah semua malaikat karena mereka taat pada perintah Allah. Para jin juga bersujud, akan tetapi, Azazil tetap berdiri, menolak untuk bersujud (13). Hatinya diliputi rasa sombong dan dengki (14).
Melihat sikap Azazil, Allah pun murka dan berkata: “Wahai Iblis!” Allah tidak lagi memanggil namanya. Karena pembangkangannya, ia disebut “rendah” (Iblis) (15). “Apakah yang membuatmu enggan bersujud dan melanggar perintahku?”
Iblis pun menjawab:
“Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakan Aku dari api sedangkan dia hanya dari tanah.”
Kesombongan telah meliputi hati Iblis. “Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga“, karena satu kesombongan Azazil ini, musnah pahala ibadah yang telah ia lakukan selama ribuan tahun.
Maka, Allah pun menghukum Iblis,
“Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir”
“Turunlah kamu dari surga itu, karena tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalam surga, maka keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk-makhluk yang hina”
“Maka keluarlah Engkau dari surga; sesungguhnya Engkau adalah makhluk yang terkutuk”
Kedengkian Iblis kepada Adam semakin membara. Ia tidak rela dikutuk Allah sebagai makhluk yang rendah dan masuk neraka. Iblis ingin membalas Adam. Ia memohon kepada Allah:
“Karena Engkau telah menghukum saya “tersesat”, maka saya benar-benar akan menghalangi mereka (anak keturunan Adam) dari jalan Engkau yang lurus (agama Islam). Kemudian, saya akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau akan melihat nanti, kebanyakan mereka akan menjadi orang-orang yang tidak taat kepada-Mu (tidak bersyukur)”
Sejak saat itu, Azazil tidak lagi dipanggil “Azazil”; ia adalah “Iblis” karena “kehinaan”nya, ia juga dijuluki “Setan” karena bersumpah akan “menjauhkan manusia dari agama Islam.” (16)
@ 2022 MisterArie. All right reserved.